Tekanan dan pendekatan pragmatis untuk mencari jalan tercepat melalui pemain bintang dari luar seharusnya sudah mulai dikurangi.
Luis Enrique membuktikannya dalam dua tahun terakhir. Â Dia menunjukkan keberanian memberi ruang bagi pemain muda. Ia melihat mereka bukan hanya sebagai pengisi bangku cadangan, tetapi bagian dari struktur tim.
Ibrahim Mbaye adalah salah satu bukti paling jelas dari arah baru ini.Â
Dia sudah beberapa kali mendapat kesempatan bermain di pertandingan utama meski permainannya sangat jauh berbeda dari pemain utama lainnya.
Tapi, inilah yang harus dilakukan jika ingin membangkitkan moralitas titis PSG sebelum semakin kehilangan kepercayaan diri karena merasa adanya kesenjangan lebar antara tim akademi dan skuad utama.
Di sisi lain, Luis Campos sebagai direktur olahraga juga perlu mengubah pandangannya. Selama ini ia dikenal gemar mencari bakat dari Portugal atau klub lain yang dianggap potensial.
Sekarang sudah saatnya ia kembali menoleh ke akademi sendiri. Di sana, ada pemain muda. Kesempatan ini tidak hanya menghemat biaya transfer, tetapi juga memperkuat ikatan emosional klub dengan para suporternya.Â
Karena percuma juga menyinggu Mbappe atau Konate dalam pemberitaan bursa transfer dengan alasan putra asli Paris, namun mereka nyatanya tidak memiliki ikatan emosional dengan klub.
Kehadiran titis PSG di skuad utama adalah jembatan emosional yang tidak bisa digantikan oleh pemain bintang hasil rekrutan mahal.
Jika Paris berani membuka pintu lebih lebar terhadap pemain akademi, mungkin di tahun-tahun mendatang, para suporter tidak lagi canggung mengenali pemainnya. Suporter pun merasa nyaman menyanyikan nama pemain karena sudah terbiasa mengenalnya sejak akademi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI