Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Akhir Bulan Ini

31 Juli 2021   02:21 Diperbarui: 31 Juli 2021   02:51 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi embun. (Foto: Anthony/Pexels)

Sebuah puisi untuk Dia

Air matamu, seperti runtuhan hujan memukul doaku
Mengangkat desiran angin, mawar, dan kelabu-kelabu kemenangan

O, tanah gersang. Aku mendengarkan siulan matahari
indahnya tubuh melati
dalam keheningan dan bunga bakung
di bawah lembah yang kering
lembah di atas mimpi yang dipertahankan oleh beberapa malaikat

Memiliki rumput hijau, memberi makan cacing yang dibungkus ketandusan
Dia mempunyai tirai, lengkungan serta pelangi

Emas yang keluar dari kecemburuan
atau suatu tanda dari kilat yang terlipat
Hujan, hujan turun ke dasar
membuat pohon marah
mengalir dan hilang, burung-burung berenang di basah pipinya
tumpahan air matanya lepas, pucat dan hangat!

Sayangnya, dia memisahkan diri di jalan, berlalu dari setapak-setapak tanah di pinggir jalan kebun anggur

Dia mengayunkan tangan ke langit
mengibaskan cahaya, menjadi dingin dan hitam

Oleh pagi di bulan Juli
Dia menangis di bawah kolong meja, setelah lelaki atau orang-orang mengeruk perahunya di suatu tempat yang entah di manapun berada

Bahwa pipi terlalu lembab
baik yang kiri dan kanan, yang didempul maupun yang dibiarkan

Ketahuilah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun