Non-Muslim merasakan sukacita saat hari raya Idulfitri? Ya, kenapa tidak?
Minimal, Idulfitri menjadi hari libur menurut tanggal di kalender. Secara ekonomi, pedagang kain yang beragama Kristen, misalnya, memperoleh rezeki tambahan karena banyak orang berburu baju baru.
Saya tidak bermaksud menggeneralisir bahwa semua orang non-Muslim secara spiritual dan kultural merasakan sukacita selama Lebaran. Yang jelas, selama tinggal di Indonesia, ada anugerah dalam kemajemukan.
Jadi, tulisan ini adalah pengalaman pribadi sebagai penganut Katolik dan teman-teman terdekat selama hari raya Idulfitri sebelum pandemi Covid-19.
Mudik
Karena pandemi Covid-19, mudik tahun ini harus ditunda untuk mencegah penularan virus corona.Â
Pemerintah sudah mengeluarkan aturan larangan mudik. Berkaca pada pengalaman tahun sebelumnya, ada kenaikan tajam kasus terinfeksi pascalibur hari raya.
Karena itu, mudik menjadi salah satu yang dirindukan dalam tradisi Lebaran.
Orang-orang ingin pulang ke kampung halaman untuk bertemu orangtua dan sanak famili dengan keadaan sehat.
Kata mudik memiliki ikatan pada spiritual Islam, yang keadaannya tidak mungkin dirasakan orang non-Muslim. Namun demikian, baik Muslim dan non-Muslim punya tujuan sama saat mudik, melepas rindu kepada keluarga besar.
Apalagi Lebaran memberikan libur panjang, kenapa tidak dimanfaatkan sekalian untuk pulang kampung. Ini menjadi pengecualian bagi karyawan yang diminta piket selama hari libur menggantikan karyawan lain yang mudik.