Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Counter Attack untuk Haters, Harus Tobat Bully PSG

20 April 2021   09:34 Diperbarui: 20 April 2021   10:10 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paris Saint-Germain. (Foto: Twitter/PSG_inside)

Paris Saint-Germain (PSG) menolak berkompetisi di European Super League, gelaran tandingan terhadap UEFA yang dibentuk klub elit Eropa.

Ada banyak pertanyaan tertingaal atas keengganan Paris mengikuti jejak 12 klub Super League. Rumor terbesar adalah pengaruh sang bos Nasser Al Khelaifi.

Sebagaimana diketahui Nasser Al Khelaifi memiliki jabatan lain di luar PSG. Ia adalah chairman BeIN Media Group yang memegang hak siar Liga Champions dan juga Komite Eksekutif UEFA.

Dengan kata lain, tak mungkin Nasser Al Khelaifi membawa Paris ke kompetisi tandingan UEFA yang bakal mempengaruhi tayangan Liga Champions di BeIN Sport miliknya.

Namun, apapun dugaannya, palu sudah diketok. Genderang perang UEFA dan "klub pemberontak" ditabuhkan dan tampaknya sulit dihentikan setelah Super League diumumkan dua hari lalu.

PSG punya keuntungan untuk memenangkan trofi Liga Champions musim ini setelah tiga semifinalis lainnya, Manchester City, Real Madrid, dan Chelsea terancam mendapat sanksi berat akibat keikutsertaan mereka di European Super League.

Fakta menariknya, Paris Saint-Germain secara tak langsung melakukan serangan balik untuk menepis tudingan orang-orang selama ini yang menuduh PSG adalah klub tanpa jiwa yang dibutakan oleh uang.

Ejekan tersebut diberikan setelah Qatar Sport Investment mengambilnya alih klub pada 2011 silam. Kucuran dana segar mengalir untuk menyulap Paris menjadi klub raksasa yang diperhitungkan.

Karena itu, media menambatkan julukan kepada PSG sebagai kesebelasan "oil money" merujuk negara Qatar yang merupakan negeri penghasil minyak terbesar dunia. Julukan oil money juga diberikan kepada klub lain yang diakuisisi perusahaan minyak seperti Manchester City dan Chelsea lewat taipan Roman Abramovich.

"Saya masih memiliki pemikiran kepada pendukung Barcelona, Real, Juventus, atau United yang sepanjang tahun mengatakan kepada kami bahwa PSG adalah klub tanpa jiwa dan dibusukkan oleh uang. Apakah mereka bisa menjelaskan jiwa klub mereka sekarang kepada kami?" tulis Nicolas Puirivau, pendukung PSG sekaligus CEO Adventure Pro lewat akun Twitternya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun