Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Membedah "Sakit Menahun" Industri Baja Nasional serta "Obat" Jangka Pendeknya

25 Januari 2021   15:52 Diperbarui: 27 Januari 2021   11:12 1154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Material bangunan pabrik terdiri dari produk baja. (Foto: Pixabay)

Pada tahun ini, baja dari China diprediksi akan over supply. Beberapa negara telah menerapkan kebijakan trade remedies mengantisipasi itu.

Menurut Fedaus, Malaysia telah menerapkan antidumping barrier untuk produk baja lapis alumunium dari Cina sebesar 2,8-18,8 persen. Korea Selatan menerapkan tarif 9,98-34,94 persen, dan Vietnam mematok tarif 3,06-37,14 persen sampai Desember 2025.

Instrumen safeguard memang perlu dilakukan secara hati-hati dan terukur. Di satu sisi, industri membutuhkan safeguard, namun KPPI harus menaati aturan yang berlaku.

Pertimbangan lainnya, Indonesia adalah anggota Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) yang harus berkomitmen membuka pasarnya ke sesama anggota WTO.

Meski demikian, IISIA berpendapat tanpa kebijakan penerapan trade remedies yang tepat dan efektif maka, maka sangat sulit bagi pelaku usaha besi dan baja dapat bersaing secara adil dengan produk impor. Produsen baja dari negara-negara maju pun, kata IISIA, tetap membutuhkan dukungan kebijakan trade remedies.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun