Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membuang Rasa Inferioritas Ketika Berhadapan dengan Bule

19 Januari 2021   07:47 Diperbarui: 19 Januari 2021   08:02 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi turis mancanegara. (Foto: Riccardo Bresciani/Pexels)

SATU bingkai swafoto gadis muda dan wanita berambut pirang di sebelahnya terpampang pada dinding ruang tamu, berderet dengan bingkai foto-foto keluarga pemilik rumah.

Gadis muda itu saudara saya, sementara si wanita wisatawan mancanegara yang kebetulan ditemuinya di lokasi wisata. Mungkin dia hendak memberikan kesan pribadi yang luar biasa kepada tiap tamu yang datang. 

Namun keinginan swafoto itu sedikit menggelitik sebab keduanya tidak saling mengenali dan tidak memiliki relasi khusus satu sama lain. Tentu dorongan dirinya untuk berswafoto dengan orang asing akan berbeda bila ternyata yang ditemukan adalah Mbak Sri, wanita lokal yang kebetulan berwisata di tempat yang sama.

Tindakan tersebut menggambarkan bagaimana pandangan kita orang Indonesia dalam mengakui keunggulan turis mancanegara alias bule ketika mampir ke Indonesia.

Di satu sisi, keinginan itu merupakan ekspresi kekaguman layaknya memandang orang atau artis lokal. Namun, kekaguman berlebihan terhadap bule yang tidak masuk akal dapat mengendurkan akal kritis. Benar dan salah menjadi kabur, timbul perasaan rendah diri atau inferior terhadap orang lain.

Masalah kebarat-baratan ini sudah didendangkan band Jamrud dalam lagunya "Asal British", di mana orang merasa harus menaikkan derajat dirinya dengan sering berinteraksi terhadap turis. Biar bingung yang penting terlihat British.

Terdapat banyak penjelasan mengapa orang Indonesia menganggap bule sebagai orang istimewa. Satu pendapat mengatakan, kemungkinan karena bawaan dari sejarah kolonial ketika Belanda menjajah Indonesia.  

Kita sebagai pribumi masih melihat diri sebagai golongan rendah di bawah golongan Eropa, Arab dan Cina yang saat itu menempati golongan atas. Mental inlander itu tidak dapat hilang sepenuhnya. Padahal, bule sekarang sebenarnya merasa heran menyaksikan cara kita memperlakukan mereka.

Breanna Bradley, mahasiswa Politik dan Budaya di Georgetown University, Amerika Serikat, pernah mendapatkan pengalaman pribadi sebagai bule selama periode magang di Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS) pada 2016 silam.

Dalam ringkasan catatan perjalanannya yang ditayangkan di blog Georgetown University, dia mengatakan sebagai bule, di merasa diperlakukan bak seorang selebritas. Banyak orang datang silih berganti dan meminta untuk berfoto dengan dirinya. Orang memuji Bradley karena menganggapnya wanita cantik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun