Sebenarnya, perkara seperti ini tidak perlu terjadi bila pengawasan ketat dilakukan dalam rangka menciptakan rasa keadilan di masyarakat semasa pandemi Covid-19.
Mau berlibur untuk menghilangkan stress, tidak bisa. Mencari duit untuk bertahan hidup payahnya bukan main.Â
Karena itu, ketika kita melihat ada orang berlibur sambil bekerja mengumpulkan keuntungan untuk mengubah gaya hidupnya tanpa mampu memikirkan aspek sosial dan budaya di sekitarnya, alias tidak peka sama sekali, timbullah kekesalan.
Keramaian di Twitter ini sebenarnya lebih memperlihatkan ekspresi ketidakadilan setelah melihat ada WNA "mengambil manfaat ekonomi di Indonesia."
Ini sekaligus menunjukkan adanya kesadaran masyarakat untuk tidak mengglorifikasi bule sekaligus memperlihatkan bangsa Indonesia memiliki daya tawar ke negara lain.
Dari sudut lain, pembela KG dan temannya barangkali menganggap dirinya hanya menyampaikan perjuangan hidupnya keluar dari jeratan keuangan selama di Amerika.Â
Pentingnya kesadaran sosial ke lingkungan sekitar
Semua orang tentu akan berjuang untuk sukses. Namun, tidak dapat diabaikan juga tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar.
Caranya tidak harus melulu dengan uang tunai. Mereka dapat memberikan pelatihan kemahirannya kepada warga lokal sehingga dapat menjadi pertimbangan bagus kepadanya, misalnya.
Di luar urusan jeratan hukum, penguraian konflik semacam ini dapat dilakukan dengan cara kekeluargaan dan itikad baik, sebagaimana meletakannya dalam kerangka menyelesaikan konflik dari kasus pendatang di tempat tinggal kita walau kaitan hukum dan perlakuannya berbeda.
Mereka tidak sepenuhnya salah. Utasan yang mempromosikan pengalaman tinggal di Bali sebenarnya dapat dinilai sebagai benefit untuk parisiwata Indonesia agar dikenal secara meluas oleh masyarakat dunia, terlepas dari sasaran pesan itu adalah sesama komunitasnya.