Â
Banjir Kedua
Dugaan tersebut ternyata benar terjadi. Hari Sabtu, sehari setelah Natal, hujan deras mengguyur kota Medan. Banjir kembali melanda Kampung Lalang. Rumah beliau untuk kali kedua di bulan ini direndam banjir.Â
Hari yang seharusnya menjadi waktu berkunjung untuk memberikan kado kepadanya berubah menjadi bantuan tenaga dengan mengangkat sapu dan ember untuk membersihkan sisa genangan banjir.
Dengan jumlah personel yang sama seperti saat banjir pertama, kami bekerja lagi untuk membersihkan rumah beliau.Â
Kali ini, kami bisa bekerja lebih cekatan karena sudah tahu apa yang harus dilakukan.Â
Hanya dalam sehari, rumah berhasil dibereskan dari lumpur bekas banjir. Lengan saya sempat keram seharian karena menguras air dari lantai menggunakan serokan.
Tetapi, sakit di badan sebenarnya bukan masalah yang harus diperhitungkan.Â
Ini menjadi bahan renungan. Saya memberi apa yang saya miliki dan pada waktu yang dibutuhkan kepada Ito saya. Â
Siapapun yang membayangkan mendapatkan musibah dua kali dalam waktu berdekatan tentu memendam kekesalan tersendiri. Tetapi untunglah kami sudah memahami kondisi yang ada, terlebih karena suasana Natal, kami mengerjakannya dengan riang dan sukacita.Â