Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Lelaki Gombal Menjadi Alim, Bagian 1

19 November 2018   02:07 Diperbarui: 19 November 2018   02:11 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Seorang lelaki dengan wajah berseri menyapa teman wanitanya di ujung telepon. Suatu malam yang indah saat itu. Mereka tertawa, namun sang lelaki tidak bisa berhenti bercerita dan tidak ingin pembicaraan mereka berakhir. Ia melakukan ini seakan menyiratkan suatu pertanda bahwa tidak ada sesuatu di dunia ini yang akan memisahkan mereka, meski hanya sebatas pembicaraan melalui sambungan telepon.

"Bicaramu sudah menghabiskan setengah hariku," kata wanita itu.

"Aku akan membayarnya kelak, kau akan memiliki dua kali lipat dari sekarang," jawab lelaki itu.

Suara tawa kecil dengan nada tertahan terdengar sesudah lelaki itu berkata demikian.

"Berhentilah mengatakan itu, aku benar-benar tidak sanggup menahannya, kau telah berkali-kali membuatku tersenyum," ucap wanita itu.

Apa yang dibutuhkan wanita itu telah dipenuhi oleh lelaki tadi. Keheningan malam memberinya lebih banyak hal indah sebelum akhirnya terlelap membawa suasana hati yang merona. 

Hari demi hari berlalu melalui sebuah perbincangan. Suara lelaki itu tiada berhenti menyenangkan sang kekasih di mana mereka berada sekalipun terpisahkan oleh ruang. 

Beberapa bulan kemudian, Adra, demikian lelaki itu dipanggil, mulai memutarbalikan prinsip hidup yang dipegang teguhnya selama ini. Wanita itu telah meninggalkan dirinya dalam suatu keadaan tidak pasti entah karena satu, dua atau tiga perkara yang secara jelas tidak pernah terungkap. Adra tidak berbuat banyak untuk membela diri, tidak ada alasan mengapa ia menganggap penting menghubungi kembali wanita itu. 

Bayangan sang wanita yang tengah bersolek muka dan memberikan lekuk senyum telah tercecer di antara debu-debu jalanan yang dilewati sang lelaki. Kekasihnya berlalu pergi mengingkari arah perjalanan lelaki itu. 

Ia tahu bahwa segalanya telah berakhir yang semakin membuatnya sadar, tidak ada yang kekal di dunia ini.

Adra kini bertingkah menjadi seorang pragmatis mengisi hari-harinya. Hidup adalah hari ini, perkara satu detik kemudian atau apa yang akan terjadi besok adalah misteri dan ia akan ada atau tidak bukanlah suatu yang perlu dirisaukan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun