Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ejekan dan Empati karena 41 Anggota DPRD Malang Menjadi Tersangka Suap

4 September 2018   00:46 Diperbarui: 4 September 2018   02:21 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Malam ini meninggalkan tanda tanya lewat sebuah berita, "Total 41 dari 45 anggota DPRD Kota Malang menjadi tersangka suap pembahasan APBD-P Pemkot Malang Tahun Anggaran 2015." (Kompas.com, 3/9/2018). Kabar yang sangat merisaukan telinga masyarakat.

Namun nampaknya kejahatan korupsi adalah hal sepele untuk dianggap serius. Ini hiburan, dagelan, dagelan, dan dagelan. Empat anggota dewan yang tersisa tidak cukup bisa menghentikan masyarakat agar tidak tertawa semalam suntuk.

Sesekali di antara kelucuan dan kemuakkan itu, terbesit nurani. Aku adalah manusia yang pernah menundukkan wajah dalam kekosongan. Tatapan yang tidak menentu memandang orang-orang di sekitarnya. Sekarang, kegelisahan itu menyerang para anggota Dewan yang terhormat. Izinkan malam mengantarkan keheningan kepada mereka.

Bapak/Ibu Dewan yang terhormat, aku pernah pula berdiam kaku seolah saat itu aku mendekat pada kematian. Malam saat nama Bapak/Ibu dicentang dalam deretan tersangka suap, aku bergegas mencari pujian yang ingin sebelumnya kuberikan kepadamu.

Aku muak melihat orang-orang menertawakan kalian. Aku yakin nuranimu tersentak saat menerima uang-uang tersebut.

Namun berikanlah kebenaran itu, sebuah ketegaran dalam kejujuran, sebuah ketenangan dalam menghadapi tuntutan.

Ini adalah kejahatan luar biasa, kata mereka. Namun, kelembutanmu untuk mengungkapkan kebenaran akan menggoyahkan itu semua. Dan saat ini, kalian seolah mendekat juga pada bibir jurang kematian. Seolah akhir kisah ini hendak menegaskan: tidak seorangpun akan mau kalian dengarkan.

Tidak apalah. Jika tidak seorangpun ingin menghormati kebenaran, catatanku malam ini akan menjadi memori: Matinya sebuah nurani manusia. Kita semua mempunyai bagian dalam kematian nurani, Anda menerima suap dan kami menertawakannya. Sebuah seruan dari pemberontakkan jiwa akan membangkitkannya kembali: Bongkar, bongkar, dan bongkar!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun