Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Menulis Untuk Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Narasi Antagonistik dan Ketidakpantasan Berkomunikasi Elit Politik

10 Maret 2021   11:32 Diperbarui: 10 Maret 2021   13:23 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Jika saja sang Bupati memahami peran sebagai komunikator politik yang baik, maka akan menempatkan diri sebagai elit politik yang tercerahkan. Sehingga dalam merespon dinamika internal partai maupun keriuhan politik, akan tetap on the track dalam membangun narasi yang agonistik bukan antagonistik.

Narasi agonistik yang dibangun tentu saja bersifat kritis namun elegan. Bukan mendegradasi lewat narasi santet yang menimbulkan rasa tidak empati publik terhadap elit politik. Sebuah narasi yang rasanya tidak pantas dilontarkan oleh seorang Kepala Daerah yang tutur kata dan tindakannya, menjadi teladan bagi orang banyak.

Benar bahwa seorang elit politik tidak bisa terhindar dari yang namanya  trik dan intrik politik. Sehingga terkadang dalam merespon dinamika internal partai, perlu dibangun intrik politik lewat narasi yang mensegregasi rival politik.

Namun sangat disayangkan jika seorang kepala daerah harus turun langsung  melakukan intrik lewat narasi antagonistik yang tidak mendapat simpati publik. Jika tidak sependapat dengan tindakan Moeldoko yang dianggap mengkudeta kepemimpinan Partainya, harus pula direspon secara elegan serta dengan cara politik yang mumpuni.

Publik terlanjur tersentak terhadap cara sang Bupati Iti Octavia merespon keriuhan politik dengan mengesampingkan nalar sehat. Namun ini menjadi titik balik untuk mengingat bahwa elit politik apalagi sebagai seorang kepala daerah, terikat dengan yang namanya etika politik.

Dalam buku Komunikasi Politik Pada Era Multimedia menyebutkan, etika politik merupakan kristalisas dari nalar (Logika) politik warga bangsa itu sendiri. Adapun politikus adalah kumpulan negarawan yang dengan kearifan dan kebijakannya mampu melahirkan gagasan luhur yang memberi pencerahan kepada masyarakat.

Disatu sisi para elit politik yang juga sebagai komunikator politik dan juga negarawan,  harus mengedepankan etika dalam komunikasi. Ini sebuah keharusan karena ada tanggungjawab edukasi dan keteladanan didalamnya. 

Karena keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat akan terbangun jika para elit politik melakukan proses interaksi dan komunikasi secara beretika.
 
Filsuf Aristoteles dalam Nichomachean Ethics mengatakan, politik adalah sesuatu yang indah dan terhormat. Sedang Filsuf Plato dalam bukunya Republic mengatakan, politik itu agung dan mulia.

Sudah saatnya para elit politik merenungi petuah para filsuf tersebut. Karena keriuhan politik di tanah air rasanya sudah tidak indah dan terhormat. Apalagi Ini masih dalam situasi pandemi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun