Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Menulis Untuk Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Nature

Upaya Mengelola Lahan Pertanian di Tengah Krisis Air

9 Maret 2021   13:16 Diperbarui: 9 Maret 2021   22:34 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lahan pertanian warga di lokasi transmigrasi Sidera. Doc Pri


Keberadaan ratusan Kepala Keluarga yang sebagian besar sebagai petani Satuan Penguna (SP) I hingga III di Lokasi Transmigrasi Desa Sidera di Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah, mengalami krisis air untuk kebutuhan rumah tangga dan juga untuk lahan kebun pertanian.

Dampak krisi air tersebut diakibatkan oleh rusaknya jaringan pipanisasi yang tersambung dari Sungai Oluboju ke lokasi transmigrasi. Rusaknya jaringan pipanisasi akibat banjir beberapa bulan lalu dan hingga kini belum mendapat perbaikan oleh Pemerintah melalui instansi terkait.  

Senator Dapil Sulawesi Tengah Lukky Semen, belum lama ini berkesempatan mengunjungi dan menyerap  aspirasi warga transmigrasi Sidera. Terkait krisis air dan potensi komoditi pertanian yang menjadi unggulan yakni bawang, sawi dan sayur mayur lainnya.  Sang Senator yang duduk di Komite II DPD RI Bidang Kerja Pertanian dan Infrastruktur tersebut,  juga meninjau bak penampungan air milik warga.

Akibat krisis air tersebut, warga terpaksa membeli air untuk kebutuhan rumah tangga  dan lahan usaha pertanian sebesar Rp 150 ribu per kubik dan ditenpatkan di bak penampungan. Dimana air yang dibeli tersebut hanya dapat digunakan maksimal selama 2 hari. "Warga sangat kesulitan air dan sudah berbulan bulan terpaksa membeli air," ujar Rustam, selaku perwakilan warga.

Lahan pertanian warga di lokasi transmigrasi Sidera. Doc Pri
Lahan pertanian warga di lokasi transmigrasi Sidera. Doc Pri

Warga mengeluh karena mengalami kesulitan dana, karena selalu membeli air yang  sudah dilakukan berbulan bulan. Namun apa boleh buat demi kebutuhan air yang sangat diperlukan. Pembelian air saat ini adalah satu satunya cara agar lahan pertanian bisa terus berproduksi, menghasilkan komoditi yang bisa dijual untuk memberikan pendapatan keluarga.

Di lokasi transmigrasi tersebut, komoditi pertanian warga sangat prospek. Bahkan pengakuan salah seorang warga, dimana pembeli datang langsung membeli komoditi yang dihasilkan di kebun warga. Adapun harga bawang sendiri dijual sebesar Rp 40 ribu per kilogram. Komoditi bawang sendiri merupakan bahan baku untuk membuat produk bawang goreng asal Sulteng yang sudah sangat dikenal.

Adapun komoditi bawang dihasilkan setiap dua bulan sekali. Untuk setiap 5 kilogram bibit yang ditanam bisa dipanen sebanyak  40 kilogram bawang merah. Adapun untuk sayur sawi dibeli seharga Rp 1000 per biji. "Kalau panen pembeli datang langsung ke kebun," ujar warga.

Dalam kondisi krisis air saja, warga bisa mengupayakan panen komoditi tanaman. Tentu saja hasil akan lebih baik jika serapan air lancar. Serta ditunjang dengan bibit dan pupuk yang memadai. Ratusan warga yang berada di lokasi transmigrasi tentu akan dapat menghasilkan komoditi tanaman yang lebih maksimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun