Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Menulis Untuk Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tri Rismaharini, antara Panggung Politik dan Disrupsi Kebangsaan

21 Agustus 2019   16:23 Diperbarui: 27 Agustus 2019   01:17 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Risma dan Megawati. Doc Pdi Perjuangan

"Tugas beliau keliling ke Indonesia, untuk antara lain tugasnya mengkompilasi hal-hal kearifan lokal kita." (Megawati Sukarnoputri)

Bulan Agustus ini menjadi momentum penting bagi sosok Tri Rismaharini. Pertama, dirinya mendapat panggung politik di pentas nasional sebagai fungsionaris DPP PDI Perjuangan. Kedua, di Kota Surabaya yang ia pimpin, terjadi konflik bernuansa SARA yang melibatkan mahasiswa asal Papua dan Ormas setempat.

Dalam panggung politik nasional, bisa jadi  Risma adalah elemen of surprise alias elemen kejutan. Bagaimana tidak mengejutkan, jika tidak ada angin tidak ada hujan, dirinya langsung didaulat masuk dalam jajaran DPP PDI Perjuangan  oleh Ketua Umum Megawati Sukarnoputri dalam Kongres V di Sanur Bali.

Risma yang didaulat menjabat Ketua Bidang Kebudayaan itu mengejutkan, karena dalam karir politik tidak pernah menjabat DPC dan DPD Partai. Hanya orang yang spesial di mata Megawati saja yang mendapat perlakuan istimewa tersebut.  Dimana langsung bisa melakukan lompatan quantum masuk ke jajaran DPP yang juga diminati oleh banyak Kader PDI Perjuangan.

Apa kunci sehingga Risma begitu mendapat tempat di hati Megawati. Jawabnya sederhana, karena Risma sebagai Walikota yang diusung PDI Perjuangan telah menorehkan banyak prestasi di Surabaya. Terutama di bidang lingkungan hidup. Deretan prestasi tersebut diraih oleh kerja nyata dan kerja keras membangun Surabaya yang berdampak pada kemasyalahatan rakyat.

Sebagaimana pengakuan Megawati bahwa Risma terpilih karena dinilai berhasil memperbaiki masalah lingkungan di Surabaya. "Perubahan di Surabaya dibawah kepemimpinan Risma luar biasa sekali," ujar Megawati usai melantik Risma di Kantor DPP Jakarta baru baru ini.

Lebih dari itu Risma telah mempraktekkan kepemimpinan yang merakyat. Ini sesuai dengan amanat Megawati agar kader PDI Perjuangan harus sering sering turun bersama rakyat, menangis dan  tertawa bersama rakyat.

Intinya  Risma adalah sosok yang  dalam kepemimpinannya telah berperilaku Marhaenis, Sukarnois dan Nasionalis. Sebuah karakter ideal kader PDI Perjuangan yang beridiologikan Pancasila 1 Juni 1945. Makanya layak jika dirinya mendapat tempat di DPP.

Namun ekspektasi kehadiran Risma di panggung nasional itu teruji ketika disrupsi kebangsaan mengguncang Surabaya. Konflik bernuansa rasis yang merembet pada kerusuhan di Papua Barat bisa muncul di Kota Pahlawan. Ini mengaggetkan, karena di kota dengan segudang prestasi ujug-ujug diganggu dengan konflik bernuansa SARA.  

Risma yang nasionalis itu  tentu sangat  terpukul melihat narasi rasis mencuat dari kotanya. Surabaya yang dibawanya menjadi kota maju dan berprestasi, terdegradasi hanya karena adanya konflik rasis.

Kerja keras Risma untuk menjaga Surabaya kondusif dengan berbagai program dan pendekatan, menjadi resisten hanya karena perilaku oknum tidak bertanggung jawab yang meresistensi kepemimpinan Risma. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun