Mohon tunggu...
Efi RiyantiSPd
Efi RiyantiSPd Mohon Tunggu... Lainnya - Semangat belajar dan tumbuh.

💐Semangat belajar dan tumbuh.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suami Mendua!

20 September 2021   00:09 Diperbarui: 20 September 2021   00:25 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi ini, kulihat Mbak Hasna sedang menyapu halaman wajahnya terlihat murung. Padahal habis melahirkan anak kedua, seharusnya bahagia. Apalagi anak kedua terlahir kembar--- anak kembar yang lucu dan menggemaskan.

"Selamat pagi Mbak Hasna, udah kuat bersih-bersih, nih?" Aku mencoba menggodanya.

"Udah dong, jadi istri kudu strong," tukasnya sembari tetap menyapu.

"Si kembar lagi apa?"

"Lagi pada tidur, jadi Ibunya bisa rapih-rapih, deh".

"Ya, sudah lanjutkan, Mbak. Saya ke warung dulu," sambungku melengos pergi.

Aku belum berani bertanya apapun kepada Mbak Hasna. Niat hati ingin bertanya kenapa ia terlihat murung, tetapi, kuurungkan niat. Mungkin hanya perasaanku saja. Wajar saja setelah melahirkan pasti badan masih lemas. Aku saja setelah melahirkan selama 40 hari masih dibantu orang tua dan mertua. Di sini Mbak Hasna merantau, jauh dari keluarga dan mertua. Alhasil, apapun itu Mbak Hasna mengurusnya sendiri.

Aku banyak belajar dari sosok Mbak Hasna. Selain pintar, Mbak Hasna merupakan wanita yang super mandiri. Penurut terhadap suami dan tidak pernah meninggalkan salat. Beda dengan aku, salatnya yang masih bolong-bolong. Mbak Hasna sudah seperti kakak untukku, katanya, "Dahulukan salat bukan yang lain. Karena salat yang akan menolong kita di saat ujian datang menghantam."

Rumah tanggaku dengan Mbak Hasna selisih cukup jauh. Mbak Hasna tujuh tahun lebih dulu menikah. Mbak Hasna sudah lebih dulu menikmati indahnya biduk rumah tangga. Satu pesan yang pernah terucap dari bibir manisnya, "Aku selalu memaafkan kesalahan suami, apapun itu! Kecuali, perselingkuhan."

Setiap orang memiliki prinsip hidupnya masing-masing. Begitu pun dengan Mbak Hasna, prinsipnya ia genggam dengan kokoh. Memang benar yang aku perhatikan, ketika suaminya berbuat salah, Mbak Hasna selalu memberi maaf.

"Mbak Hasna mau kemana buru-buru sekali," tanyaku saat membuka pintu gerbang. Aku melihat Mbak Hasna jalan tergesa-gesa membawa tentengan beberapa tas. Mbak Hasna pergi dengan seorang laki-laki. Entahlah, laki-laki itu tidak aku kenal. Karena di sini Mbak Hasna mengontrak rumah, akhirnya aku memberanikan diri bertanya ke pemilik kontrakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun