Hai! Apa kabar kisah kita yang mulai redup? Satu per satu keraguan hadir menyelimuti resahku. Kalau saja aku memilihmu, apakah mungkin meniti masa depan bersamamu akan mudah? Apakah dengan bersatunya kita semua akan menjadi hal yang lebih indah? Tersekat jarak saja masih kauberi air mata. Benar. Kau memang yang pertama menempati ruang hatiku, meski bukan yang terakhir menemani masa depanku.
Hingga saat ini, aku masih dipeluk luka—ditemani tawa—seakan semua baik-baik saja. Sejak kepergianmu, serpihan hati ini seolah tak berguna. Rindu selalu menyapa memenuhi sesak dalam dada. Tak akan kubiarkan hati ini tenggelam dalam sepi. Kau tahu? Aku selalu menemuimu dalam baris kata. Aku menulis untuk mengurangi luka dan mengobati rindu yang mendera. Sebab, sudah cukup bagiku—kau berada dalam genggamanku.
Waktu tidak pernah menyembuhkan apapun yang sudah tergores sangat dalam. Aku hanya dipaksa untuk terbiasa dengan luka yang masih tersisa. Tuhan sedang menguji seberapa besar cintaku pada-Nya. Ayo, mendekat! Karena bersama-Nya, aku mampu melewati setiap guncangan yang silih berganti. Bangkit, yuk! Untuk aku dan masa depanku.
Indramayu, 10 September 2021-16 September 2021