Meski kupaksa manakala lampu belum menyala, ide itu hilang entah ke mana, diriku butuh kedalaman untuk menerjemahkannya, tetapi semua raib manakala lampu yang kupaksa menyala, ternyata keras kepala
Menulis adalah soal rasa merdeka, seperti menikmati semilirnya angin dan bukannya melewati terowongan bawah tanah yang pengap, butuh udara dan tangan lepas serta rasa yang lepas untuk menjadikan kata hingga bermakna
Manakala lampu menyala dan pijarnya bagai gelora, kutulis apa yang ingin kutulis, seperti melepas sebuah beban di pikiran, mencoba menjadi rangkaian dalam bentuk rekayasa atau angan belaka, biarkan lampu tetap menyala hingga bisa kutulis kata, entah berapa watt sinarnya, setidaknya ada setitik cahaya, kuhanya mampu menulis saat lampu menyala, tidak perlu memaksa