Mohon tunggu...
Efi anggriani
Efi anggriani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya-Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sang Badai

18 Agustus 2019   13:51 Diperbarui: 18 Agustus 2019   14:00 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Awan menggelap di ujung kota, panas cuaca dan terang benderangnya surya hingga alam ada listriknya, adalah sebuah tanda alam, jika saja ada yang menyadarinya, pikir badai dengan sedih harus melaksanakan tugasnya

Lalu dirinya datang berputar mirip gasing yang memusingkan dan atap-atap seng beterbangan, pohon-pohon menguatkan akarnya, daun-daun terserak, kaca-kaca pecah berantakan dan orang-orang kabur ketakutan saat dirinya menari di bawah kegelapan alam

Hujan belum akan turun hingga tugasnya tiba, menanti gilirannya,sebenarnya dirinya ingin memilih menjadi angin sepoi yang menidurkan anak gembala di bawah pohon dan lupa kambingnya sudah lari entah kemana, atau angin sepoi yang menggembirakan anak-anak meski layang-layang tidak bisa menukik naik dan mereka berkata'tidak ada angin', padahal dirinya ada disana, jika itu angin sepoi

Tetapi dirinya adalah sang badai yang hanya melakukan tugasnya di tengah cucuran airmata, melihat semua orang ketakutan dan terancam olehnya, melihat genteng berhamburan dan isi rumah orang berantakan, lalu dirinya akan menyepi semusim dan berhenti melakukan tugasnya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun