Mohon tunggu...
Efi anggriani
Efi anggriani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya-Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Matahari dan Batu Gunung

30 Juli 2019   14:37 Diperbarui: 30 Juli 2019   14:51 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi terlalu awal beranjak dari peraduan dan menyingkirkan kegelapan subuh,matahari muncul dengan senyuman dan seringai gembira ,saatnya berkeliling dunia melewati orbit dari ufuk timur ke barat

Batu-batu gunung muram cemberut dan terusik oleh senyum gembira dan seringai sombongnya,matahari tetap menyinari dan menghangatkan mereka serta menatap penuh iba pada mereka

'Bergembiralah kawan,lihat kulit kalian makin kusam, lumut-lumut menjengkelkan menempel pada kulit kalian, setidaknya sinarku ini mengenyahkan rasa dingin air hujan yang menempel dan meresap di sana', katanya pada batu gunung

Batu gunung muram diam sesaat lalu bicara, 'kesombonganmu menari-nari tak henti dari pagi hingga sore, membuatku kesal, seringai sombongmu membuatku ingin mengenyahkanmu', kata batu gunung pada matahari

'Jadi batu gunung, dirimu lebih suka jikalau diriku berdiam diri dan membiarkan bulan dan bintang merebut wilayahku kala pagi? Kenapa begitu kawan, kesombongan yang mana? aku harus terus tersenyum supaya cahayaku berpendar ke manusia, itu tugasku'

'Matahari berhentilah berisik dan berjalan dari timur ke barat, aku ingin berdiam di sini tanpa sinarmu, tanpa seringaimu, tanpa senyum sombongmu, aku membencimu karena kamu bisa pergi kemana-mana, sementara aku tak bergerak sedikit pun tanpa guna', kata batu gunung

'Ayolah batu gunung, dirimu sangat berguna dan mahal harganya, fondasi-fondasi rumah tanpamu tidak bisa apa-apa, bangunan megah menjulang angkasa, tanpamu akan ambruk pula, kamu memang tidak bisa menari berkeliling sepertiku, tetapi kamu ada di mana-mana. Jangan muram kawan, dirimu sangat berguna'

'Sok  pintar matahari, bagaimana kamu tahu?' tanya batu gunung. Matahari menjawab, 'batu gunung aku pergi kemana-mana dan aku melihat dirimu juga dimana-mana dalam bentuk yang berbeda. Aku ke mana-mana dan pikiranku jadi luas dan terbuka, aku juga menyadari saat kegelapanku kala sore, harus menyerahkan tahtaku pada rembulan dan bintang, sementara dirimu tetap ada di situ dan di mana-mana dari pagi hingga ke pagi berikutnya, seharusnya kamu lebih bersyukur'

Batu gunung terdiam, ingin menyeringai seperti matahari tidak bisa, ingin bergerak nanti bikin celaka, lalu dia tetap seperti biasa berdiri di tempatnya, hal baru baginya, mensyukuri pagi cerah ini untuk pertama kalinya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun