Mohon tunggu...
Efi anggriani
Efi anggriani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya-Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bisnis Itu tentang Rasa Percaya

18 Juni 2019   08:03 Diperbarui: 18 Juni 2019   09:44 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: JokoSusilo.com

Sekedar ilustrasi:

Sebuah rumah makan baru didirikan dan dipromosikan secara jor-joran dan beberapa orang penasaran datang, diskon lima puluh persen ternyata tidak ada manfaatnya sama sekali.

Apa yang diharapkan dari sebuah rumah makan? Pelayanan cepat, masakan ada rasanya dan porsi setidaknya memadai dengan harga, pekerja profesional (apakah terlihat profesional kalau para waiter berkelakar cekikian sementara ada beberapa tamu yang makan? Kasir yang keliru memberi nota).

Satu insting, rumah makan in tidak akan bertahan lama kalau tidak dibenahi. Promosi tidak sesuai, benar tempatnya  enak, tetapi ramainya para pekerja yang terdengar berkelakar, sudah sesuatu yang mengganggu, menunggu kasir membuat nota yang ditulis tangan lebih dari lima menit itu sudah mengesalkan, makanan yang dipikir ada rasanya dan terlihat bagus di promosikan, cuma mirip kangkung yang direbus biasa, anyep. Apakah pembeli akan datang lagi ke sana?

Lain lagi inovasi yang kadang kebablasan hanya untuk menarik dan berbeda. Bahkan sudah dimasukkan ke televisi. Karena hobi hunting kuliner lalu mencoba datang ke sana.

Satu insting, apakah rumah makan yang sempat masuk televisi ini akan bertahan? Tidak, promosi hanya promosi. Inovasi baru yang hanya menghasilkan sekali sendok dan berhenti makan.

Sama sekali tidak enak. Saya tidak akan menyalahkan siapa yang membuat inovasi baru itu, tetapi kalau membuat taste makanan jadi amburadul?Asli, saya hanya makan sesendok dua sendok dan sepertinya suami saya juga tidak begitu suka.

Kelapa muda utuh dan dikerok di dalamnya, lalu ditambahi bakso ikan (saya pikir bakso daging, ternyata bakso ikan yang lumayan ada amisnya, dikasih kecap tambah lucu lagi). Benar saja, beberapa bulan kemudian rumah makan inovatif itu tutup.

Sebuah pusat perbelanjaan, baiklah semacam toko besar. Entah berapa tahun, puluhan tahun lalu dibuka di pinggiran. Karena penasaran dan biasalah dolan-dolan. Entah konsep apa yang dipakai, yang jelas kalau saya malah tidak 'sreg'. Halah..mau belanja atau window shopping saja kok ribet. Ogah ah!

Pertama, anak kecil umur sekian diharap tidak masuk (Come on, terus kalau bapak ibunya masuk toko anaknya mau di mana? Kami pulang dan beberapa orang pulang).

Aturan lainnya kalau mau belanja daftar dulu untuk kartu anggota. Tiga empat menit terbuang untuk bikin kartu anggota dan belum tentu masuk itu untuk belanja banyak. Nggak worthy kayaknya. Begitu masuk, harga masih ditambah pajak dan yah selisih harga dikit kalau tempatnya lebih nyaman milih tempat lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun