Mohon tunggu...
Efi anggriani
Efi anggriani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya-Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Financial

Resesi Ekonomi dalam Ingatan

17 Juni 2019   04:01 Diperbarui: 22 Juni 2019   09:57 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Tahun 1998  hingga 2008 adalah masa sulit perekonomian yang secara nyata adalah  sebagai berikut:

Pertama tumbangnya bank-bank Swasta yang sebelumnya menjamur begitu banyak dan cabang-cabangnya juga ada dimana-mana.Lalu pengangguran massal dari bank yang kolaps tadi,gedung-gedung megah menjadi kosong dan teronggok,beberapa mungkin sudah berpindah tangan alias ganti menajemen,beberapa masih berbentuk bangunan kosong melompong.

Kedua yang sangat nyata adalah harga kebutuhan pokok semisal beras dari 1000 rupiah menjadi  3000,tiga kali lipat,beberapa orang melakukan rush pembelian persediaan pangan,beberapa spekulan menumpuk barang untuk menambah keuntungan.Uang menjadi turun nilainya,harga naik jelas nilai uang turun.

Dollar dari semula 2000 menjadi 6000 lalu menjadi 15000,para spekulan membeli dolar untuk investasi.Harga tambah naik.Emas dari 100 ribu menjadi 200 ribu dengan kadar 75 persen.

Para ekportir mebel menangguk untung lumayan banyak dengan adanya pembayaran dengan nilai kurs Dollar.

Deposito bunganya mencapai hampir di angka 20 persen pertahun,bunga tabungan meninggi di angka 12 -15 persen,KPR yang bukan berbentuk flat naik drastis, kredit macet perumahan naik.Tabungan dalam bentuk valuta asing makin diminati karena pergerakannya   angka relatif naik pada masa itu.

Pemerintah dalam hal ini Bank Indonsia mencoba menarik dana dari rakyat untuk disimpan di Bank dengan iming-iming bunga tinggi,sementara sebagian besar menunggu situasi membaik dan tetap menyimpan uang dengan cara sendiri.

Menyeimbangkan dengan menekan dollar dengan kurs serendah mungkin,sehingga harga-harga barang yang berdasarkan patokan kurs dollar bisa lebih terjangkau dan tidak membebani masyarakat.

Setiap orang menahan diri pada masa itu untuk membeli untuk membeli sesuatu yang besar.

Lalu badai ekonomi itu perlahan menjauh.Dollar turun dan menetap di angka stabil.Investasi tidak sederas dulu tentang jual-beli dollar.

Pariwisata mulai menggeliat kembali.Bunga deposito kembali ke angka 12 persen ,bunga kredit sekitar 15 persen,pembayaran KPR mulai bergerak lancar karena penurunan bunga non flat,harga barang  yang mengacu pada dollar juga mulai ke angka semula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun