Mohon tunggu...
Efi anggriani
Efi anggriani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya-Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Media Sosial, Menjauhkan atau Mendekatkan?

11 Juni 2019   01:47 Diperbarui: 11 Juni 2019   01:59 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Media sosial  menjauhkan atau mendekatkan?

Mungkin itu pertanyaan bodoh bagi yang sering overthinking seperti saya.

Overthinking,segala hal dipikir kadang berlebihan dan bereaksi berlebihan kadang dan bertanya,yah ini kenapa? Kenapa?Atau sebaliknya cuek luar biasa.

Sekedar sebuah kilas balik bertahun-tahun lalu ketika media sosial seperti Instagram,Facebook dan lainnya belum ada,tidak jarang(tidak sombong nih) teman-teman lama saya dari luar kota mencari keberadaan saya,mencari ke kantor saya bekerja,bertanya pada kerabat saya,bertanya kenapa saya tidak bisa datang ke reuni setiap tahun di kampung halaman(reuni belum se hitz sekarang,reuni  waktu itu adalah ke sekolah terus ketemu guru-guru,terus memberi pencerahan pada adik-adik tentang prodi yang kami ambil dan pekerjaan dimana masing-masing bekerja dan bukan makan-makan di restauran seperti sekarang).

Tidak pernah ketemu,saya ditanyakan dan dirindukan (kata mereka).

Suatu ketika masa baru dari Media sosial muncul,saya belum punya dan tidak begitu 'ngeh' dan sering ketemu salah seorang teman lama akhirnya masuklah ke wa grup Alumni.

Ketemu lewat media sosial dan jarang kopi darat karena saya berada di wilayah berbeda.

Nah entah kenapa teman lama yang dulu mencari saya ke kantor karena rindu dan kangen saya,dia jauh-jauh dari luar kota,begitu ketemu di grup yang sama malah tidak akrab lagi.

Sepertinya semuanya berubah dan saya berfikir andai saya tidak masuk grup disitu apa saya masih dirindukan seperti dulu?

Kenapa justru berubah,apapun alasannya saya tidak mengerti.Saya hanya merasa berbeda,ya berbeda.

Kesalahan saya adalah saya cerewet,saya cerewet dan berusaha mencounter seseorang,misalnya teman lama yang diolok-olok masa kecilnya,saya cenderung membelanya dan saya berusaha menjadi penengah ,berusaha.

Tidak masalah seseorang mungkin mencoba  mengolok-olok masa kecil saya misalnya,tetapi saya tidak rela jika orang lain melakukan pada orang lainnya,saya selalu menjadi garda terdepan dari seseorang  dan akhirnya dianggap sok pahlawan.Ya kalau di grup seseorang sudah tidak cocok lagi dan keluar dan anggota grup lain ada yang nyeletuk seperti meremehkan alasan orang tersebut left ya saya hanya bilang'kalau saya tidak nyaman ya saya left' dan benar begitu saya merasa tidak nyaman ya saya' left'.

Saya jadi mikir,kenapa kok persahabatan jadi kayak gini?Bukan ini yang saya cari,ada yang menang-menangan tidak mau kalah,ada yang hedonisme begitu tinggi dan menurut saya sudah tidak pada masanya lagi dan seperti persaingan tersembunyi.

Saya masih bertanya dalam hati ,kenapa saya malah merasa jauh dengan teman saya setelah bersua dalam satu grup.Ada beberapa hal yang ternyata kami dewasa secara berbeda dan tumbuh berbeda.Pemikiran dan cara pandang yang berbeda yang berusaha saya maklumi,tetapi karena saya pikir tidak penting-penting amat ,ya saya tinggalkan,toh masih bisa japri kalau benar-benar penting.

Media sosial yang mendekatkan dan nyaman buat saya tetap saya pakai,tetapi media sosial yang malah menjauhkan  dan memberi jarak ,saya tinggalkan.

Sekian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun