Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ini Solusi Jika Merasa Terjebak dan Tak Bahagia dalam Pekerjaan

22 September 2022   12:08 Diperbarui: 22 September 2022   15:23 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pekerja muda stres bekerja di perusahaannya. / Foto: Dokumentasi StraitTimes.com

Dalam iklim kerja yang penuh tantangan, persaingan, dan tekanan atau pressure kerap membuat pekerja stres. Tidak sedikit mereka terpaksa memutuskan untuk keluar tiba-tiba dari pekerjaan saat ini karena tidak nyaman. Hal itu lazim dilihat dalam dunia kerja, khususnya di kota-kota besar.

Hari ini, Kamis 22 September 2022, Kompasiana.com mengangkat topik pilihan dalam dunia kerja (worklife) "Quite Quitting dan Quite Firing, Toksik Baru di Dunia Kerja?"

Jika berbicara jujur, hampir semua orang akan mengalami kendala di tempat kerja. Mereka bisa saja menjadi objek maupun subjek "toksik", sehingga terpaksa melakukan "Quiet Quitting" atau "Quiet Firing". Apapun penyebutannya, yang namanya toksik sudah barang tentu ini bukan hal yang baik.

Sejatinya, dua istilah baru yang sering dibahas banyak orang di media sosial (medsos) coba dibahas Kompasiana.com dalam ragam "opini" penulisnya. Termasuk saya salah satunya tentu saja.

Lalu, apa sih Quiet Quitting dan Quiet Firing itu? Seperti diwartakan Kompas.com belum lama ini, Quiete Quitting adalah tindakan bekerja seperlunya sesuai kompensasi maupun apresiasi yang diperoleh dari perusahaan. Jika ditelaah lebih mendalam, tentu ini kurang baik bagi perusahaan.

Namun, si pelaku Quiete Quitting ini bisa jadi "terpaksa" melakukan semua ini dengan alasan logis dan masuk akal. Pasalnya, tindakan tersebut dianggap suatu mekanisme pertahanan diri pada tuntuntan tinggi perusahaan mereka.

Tak dapat dipungkiri, saat ini memang banyak pekerja muda beranggapan yang terpenting kesehatan mentalnya. Sehingga, mereka tidak perlu bekerja "berlebihan" seperti pekerja pada generasi sebelumnya.

Sementara itu, Quiet Firing adalah sikap perusahaan yang disinyalir menjadi respons terhadap aksi Quiete Quitting. Caranya adalah "bersikap diam" atau "mendiamkan" karyawan yang hanya menunjukkan performa seadanya dengan tidak melibatkan mereka dalam proyek baru atau promosi apapun.

Sekali lagi, pendapat saya hal itu bukanlah kondisi yang bagus bagi keduanya, baik para pekerja maupun perusahaan. Kenapa keduanya saya anggap tidak baik, ya karena itu tadi kedua tindakan itu adalah toksik!

Terkait hal itu, saya mencoba melansir soal kendala dalam dunia kerja dari StraitTimes.com, Senin 19 September 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun