Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Para Pendusta di Ladang Hipokrit

4 Maret 2021   19:28 Diperbarui: 4 Maret 2021   19:39 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi puisi Para Pendusta di Ladang Hipokrit. (reqnews.com)

Belum hilang lagu satire yang dinyanykan para tuan
dalam ritme sumbang serupa derik roda kereta api yang patah
dulu, gebung asa untuk para papa digantang melalui janji semanis madu
kini menjelma empedu
: ini pahit yang tak berkesudahan

Satu per satu tuan digiring
ke rumah pesakitan berdinding gawir
dengan tirai-tirainya yang banjar

Terlalu, begitu teriak para papa
yang hidup melarat lantaran tak punya apa-apa lagi
: habis digarong para tuan berdasi necis itu!

Satu per satu tuan dicecar
saif pertanyaan yang merancap dari para agung
gerangan apa yang bikin tuan dirasuki makhluk rasuah

Dalam temaram malam dan sunyi labirin
sepoi angin pelan mengiramakan lagu lama yang sarkastis
menjawabi pertanyaan kerontang para papa
: rasuah adalah monster yang siap menelikung dalam satire

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun