Mohon tunggu...
Efendy Naibaho
Efendy Naibaho Mohon Tunggu... Wartawan -

www.formatnews.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Keberanian Ahok Lewat Jalur Independen

6 Maret 2016   13:39 Diperbarui: 7 Maret 2016   07:17 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

KETIKA berminat menjadi Gubernur Sumatera Utara di Medan, Ahok, persisnya bernama Basuki Tjahaja Purnama, ini memang sudah berani. Sebuah buku kecil dicetak terbatas, judulnya: Mengubah Sumut dari Semua Urusan Mesti Uang Tunai meniadi Semua Urusan Mesti Untuk Tuhan.

Siapa sih yang berani mengubah plesetan yang sudah menjadi buah bibir di provinsi itu? Rasanya belum ada, baik ketika gubernur masih dijabat EWP Tambunan, Kaharuddin Nasution, Raja Inal Siregar, Rizal Nurdin maupun Rudolf Pardede, Syamsul Arifin dan Gatot Pujonugroho yang dilanjutkan Tengku Erri Nuradi sekarang ini.

Beberapa tahun yang lalu, Ahok bersama teman-temannya sedang makan siang di Rumah Makan Garuda di Medan, dia di sebelah meja tempat saya yang juga sedang makan siang. Karena tak saling kenal, tentu tidak ada sapa-sapaan. Eh, ternyata Ahok bertandang ke kantor kami, siang itu juga, selepas makan siang tadi, ke DPD PDI Perjuangan Sumatera Utara di Jalan Medan Tenggara - Menteng, tentunya di Medan.

Entah mengapa, Ahok tidak mendaftarkan diri lagi, padahal saya sudah menerimanya dengan ramah sekali. Sama seperti Sofyan Tan, entah mengapa tiba-tiba tidak menyalon lagi.

Sekarang saya teringat dan menduga-duga, apakah karena ketemuan di rumah makan tadi dan tidak teguran lantas ketemuan di kantor partai kami atau ada masalah lain? Saya juga ngga tahu persis, Ahok-lah yang tahu.

Menjadi pemimpin memang harus berani seperti yang diperlihatkan Ahok sekarang ini di DKI Jakarta. Banyak arus yang dilawannya, salah satu arus benaran yang menghempang selokan dengan potongan kabel.

Memang terbetik berita, jika wakil gubernurnya tidak diajukan juga oleh PDIP, Ahok akan memilih figur lain yang bukan orang partai tetapi PNS. Ahok mau meyakinkan bahwa banyak PNS yang oke juga.

Nasdem sudah juga menyatakan dukungan kepada Ahok. Partai lain masih menunggu, melihat survey dulu . Namun, “Teman Ahok” sudah mengumpulkan ratusan ribu KTP yang diharapkan tembus ke enam digit, satu juta KTP. Kalau sudah begitu, Ahok dipastikan maju sebagai DKI-1 lewat jalur independen.

Berani juga ya? Tentu saja Ahok berani, apalagi di Sumatera Utara yang rakyatnya tidak punya andil apa-apa terhadap Ahok, juga ikutan mendukung, namanya “Dongan Ahok”. Mungkin hanya sebuah komunitas yang menyuport secara moral, setidaknya “Dongan Ahok” ini akan menelefon anak, adik atau saudara dan kenalannya di Jakarta untuk memilih Ahok.

Bagaimana dengan partai jika Ahok tidak mendapat dukungan kelak setelah menang dan menjabat gubernur? Ada yang bilang, gampang. Kalau perlu, Ahok kampanye lagi untuk menjadi ketua partai dan punya anak buah di DPRD DKI. Ramai juga ya…..?

Yang pasti, Ketua MPR Zulkifli Hasan sudah mewanti-wanti bahwa demokrasi yang berlangsung di Indonesia sekarang ini berbiaya mahal dan berpotensi menciptakan kesenjangan sosial serta kemiskinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun