Mohon tunggu...
Efendi Rustam
Efendi Rustam Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saya memiliki ukuran moral dan persepsi sensualitas yang mungkin berbeda dengan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sengkuni dan Nilai Keikhlasan Berpolitik

1 November 2014   11:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:58 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ke-ikhlas-an menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kerelaan; ketulusan hati; kejujuran. Ikhlas juga bisa diartikan lapang dada atau sikap menerima tanpa perasaan sakit hati terhadap sebuah situasi. Sikap lapang dada erat sekali dengan kata sabar, yaitu sebuah sikap untuk menjaga emosi tetap positif dan tidak putus asa ketika dihadapkan pada kegagalan dengan cara terus meningkatkan kemampuan diri untuk sebuah tindakan atau rencana yang bersifat jangka panjang. Sebuah tindakan kerja yang berorientasi pada hasil sudah barang tentu memerlukan nilai-nilai keikhlasan dan kesabaran untuk mendapatkan hasil seperti yang diinginkan.

Terlepas dari banyak intrik yang membalutnya, Aristoteles mengartikan politik sebagai usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Mengacu pada kata negara maka kegiatan berpolitik adalah sebuah bentuk peran serta masyarakat baik secara individu atau pun kelompok yang berupaya menciptakan keadaan negara kearah yang lebih baik untuk kesejahteraan warganya. Sebagai individu yang mengambil bagian dalam berbagai kebijakan negara, peranan politikus menjadi sangat penting. Apalagi bila hasil yang diharapkan adalah sebuah wujud kebaikan bersama maka semangat dari nilai ikhlas dan sabar bisa menjadi dasar dalam setiap bentuk tindakan politik.

Namun ketika politik diartikan dengan kekuasaan maka politik menjadi sebuah alat untuk mencari dan menggunakan kekuasaan pada individu atau kelompok lain. Setiap kesempatan digunakan untuk menjatuhkan lawan. Apakah caranya sesuai undang-undang, sopan atau licik menjadi soal lain manurut karakter masing-masing pelakunya. Tapi, tentu saja nilai ikhlas dan sabar tetap dibutuhkan dalam perjuangannya.

Shakuni, dengan mengabaikan karakter negatif yang ada pada dirinya adalah contoh seorang politikus lengkap yang bisa mengimplementasikan nilai ikhlas dan sabar dalam tindakan politiknya. Keinginannya untuk menjadikan Gandhara sebagai negara yang berdaulat, lepas dari intervensi asing dan sejajar dengan negara-negara besar lainnya menjadi motif segala sepak terjangnya dalam perpolitikan Hastinapura. Ketika nasionalisme muncul sebagai dasar pijakan berpolitik maka kepentingan individu atau kelompok tidak berarti lagi.

Tugas yang diembankan kepadanya membuat dia rela membuang segala kenikmatan pribadi sebagai raja di Gandhara tetapi memilih hijrah ke Hastinapura dengan mengorbankan semua harga dirinya untuk menerima semua ejekan dan cacian dari para petinggi Hastinapura. Keteguhan hati dan keikhlasan Shakuni demi rakyat Gandhara ibarat sebuah gunung yang memberikan airnya, dia tidak menyimpan suatu apapun dalam dirinya.

Shakuni sadar bahwa sebuah usaha bisa berhasil dan gagal namun hal tersebut tidak menjadikan dia lemah dan berhenti bekerja. Meskipun melewati masa berpuluh-puluh tahun, tidak sekalipun memunculkan egoisme atau pun merubah arah tujuan awal perjuangannya. Kerja keras, semangat dan tidak pernah putus asa. Shakuni memiliki itu semua. Ketika rencana dan strateginya gagal, dia terus berusaha dan selalu meningkatkan kemampuan berpikirnya. Dia mengenali batasan dan kemampuan diri dan lawan dengan sangat baik. Sebagai seorang yang tidak mempunyai kemampuan bertarung, dia tahu bahwa kekuatannya terletak pada akal dan pikirannya. Tanpa harus adu otot, Shakuni bisa menguasai Indraprastha lewat permainan dadunya.

Politikus adalah orang yang paham akan dinamika politik serta penuh perhitungan dalam langkah-langkahnya. Shakuni sadar segala sesuatu bisa berubah seiring waktu dan keadaan, hal itu pulalah yang mendorong dia untuk tidak percaya seratus persen pada orang-orang disekelilingnya yang notabene-nya adalah orang-orang yang menjadi koalisinya. Karna misalnya, meskipun selalu berada dipihaknya namun tetap tidak pernah dia percayai sebab dalam sebuah ketegangan politik yang panas, seorang teman bisa saja berkhianat.

Meskipun dalam kisah, Shakuni kalah akan tetapi dia berhasil menjadi tokoh besar. Apakah Shakuni jahat? Iya, tetapi bukankah tidak ada manusia yang benar-benar jahat atau pun benar-benar baik. Pasti ada nilai baik dari seorang yang dianggap jahat, begitupun sebaliknya, pasti ada nilai buruk dari seorang yang dianggap baik. Ada pelajaran yang selalu bisa diambil dari sebuah perjalanan kisah seseorang. Hitam putih dari seorang manusia, semua kembali kepada cara pandang kita dalam menilai orang lain dari sisi yang berbeda.

Shakuni bisa menjadi gambaran perjuangan seorang politikus yang berjuang dari nol hingga menjadi seorang yang disegani karena kemampuannya. Dia berasal dari masyarakat kelas bawah yang muncul dengan prinsip-prinsip baru untuk mencoba mematahkan hegemoni dan kesombongan politik dinasti di bangsa Kuru yang diwakili Bhisma.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun