Mohon tunggu...
Efendi Rustam
Efendi Rustam Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saya memiliki ukuran moral dan persepsi sensualitas yang mungkin berbeda dengan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bunga Tercipta Bukan untuk Kumbang

29 Oktober 2017   11:25 Diperbarui: 29 Oktober 2017   11:43 1192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Terus, bagaimana caranya agar dik Bunga bisa jatuh cinta juga pada saya, pak...?," tanya mas Kumbang lagi.

Saya seperti masuk jebakan batman untuk menjawab pertanyaannya. Ini tentang reputasi saya. Untunglah saya teringat petuah guru spiritual saya sewaktu tinggal di Jogja dulu. "Baiklah, mas Kumbang. Akan saya beritahu sampeyan rumus kuno dalam dunia persilatan. Tolong, jaga baik-baik dan jangan sampai jatuh ke tangan pendekar berwatak jahat. Sampeyan perhatikan di luar sana, banyak perempuan-perempuan cantik yang bergandengan dengan laki-laki buluk. Ketahuilah,  sesungguhnya kelemahan laki-laki terletak pada mata dan kelemahan perempuan terletak di telinga."

Mas Kumbang nampak tersenyum sumringah. Rupanya dia sudah tahu maksud ucapan saya. Lega hati saya melihatnya meski ada rahasia besar yang saya pegang tentang rumus tersebut. Pernah saya harus dibawa ke IGD karena mengalami kram mulut saat 24 jam nonstop merayu seorang perempuan dengan hasil tetap nol besar. Dari seratus kali percobaan, saya baru berhasil satu kali. Tapi, lain halnya ketika teman saya yang menerapkannya. Teman saya selalu berhasil. Bisa jadi teman saya sedang bernasib mujur. Padahal IPK-nya biasa saja, pemalu, susah bicara pada perempuan. Tidak ada yang bisa dilebihkan dari dia selain banyak orang yang berbisik-bisik di belakang saya kalau wajah teman saya itu mirip-mirip Lee Min Ho. Untuk kasus saya, anggap saja sebagai perkecualian karena suatu kebetulan pula bila ternyata perempuan-perempuan yang saya jadikan target, semuanya tunarungu. Biarlah itu tetap menjadi rahasia yang terus saya bawa sampai mati.

"Oke, semangat. Siapkan bahan pembicaraan. Cari waktu yang tepat, kasihkan kadonya lalu sampeyan tembak dia...!," lanjut saya sambil menepuk-nepuk punggung mas Kumbang.

Mas Kumbang mengernyitkan dahinya. Seperti ada perlawanan dalam otaknya saat mendengar kata-kata saya barusan.

"Tapi, pak..., bukankah cinta tidak harus memiliki...?"

Super sekali...!!!

Saya rasa hanya Mariyo Tangguh yang bisa menjelaskan pernyataan sampeyan baru saja. Cinta tidak harus memiliki, saya sangat setuju sekali kalimat tersebut. Tetapi itu dahulu. Ya, dahulu sekali. Dahulu ketika saya langsung jatuh cinta begitu melihat Dian Sastro di film Bintang Jatuh. Ibarat mawar, saya akan biarkan dia tumbuh merekah di batangnya karena saya sadar betul bila seandainya saya nekad memetiknya, mawar itu akan kering dan layu digenggaman. Begitu juga Dian Sastro saat itu. Dia akan kurus kering dengan perut membuncit terkena gizi buruk bila saya nekad menculik dan memaksanya kawin lari dengan saya, jomblo yang setiap paruh bulan hari-harinya selalu akrab dengan mie instan. Namun di sini masalahnya, mbak Bunga bukan Dian Sastro. Kisah sampeyan bukan pungguk dengan bulan. Sampeyan hanya tidak berani menyatakan cinta. Titik...!!!

Suasana berubah hening. Saya dan mas Kumbang sama-sama terdiam.

Saya pun melanjutkan.

Mas Kumbang, jangan menyerah sebelum bertanding. Kejarlah mbak Bunga sampai sayap-sayap sampeyan tak mampu lagi untuk mengepak karena kelelahan. Sampai sampeyan merasakan betul  kalau cinta itu kejam, namun sampeyan tetap tegar sambil berteriak lantang seperti di iklan film, "Jomblo itu pedih, jenderal...!!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun