Mohon tunggu...
Efendi Rustam
Efendi Rustam Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saya memiliki ukuran moral dan persepsi sensualitas yang mungkin berbeda dengan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Transisi Perjalanan Kisah Cerita dari Wayang Purwa ke Ketoprak

5 Desember 2012   06:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:09 2515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa hari yang lalu saya mendapat undangan tahlilan dari seorang warga. Setelah acara selesai saya tidak langsung pulang, saya masih ngobrol ngalor-ngidul dengan beberapa warga, salah satunya adalah Mbah Narto, seorang tokoh ketoprak di desa kami. Di desa kami berbagai kesenian tradisional Jawa hidup lestari, dari kesenian Srandul, wayang, ketoprak, karawitan sampai campursari. Semua pelaku kesenian tersebut sebagian besar adalah warga desa kami sendiri.

Saya memberanikan diri membuka obrolan dengan Mbah Narto lewat pertanyaan mengenai asal-usul ketoprak. Ketoprak adalah semacam seni teater yang diiringi dengan music gamelan. Sejak kapan kesenian ketoprak ada, Mbah Narto tidak tahu secara detail karena yang beliau tahu ketika masih kecil kesenian ketoprak sudah ada. Ada yang menarik dari penuturannya yaitu bahwa kesenian ketoprak adalah kelanjutan dari wayang purwa.

Membandingkan cerita wayang purwa dengan ketoprak jelas sekali perbedaannya. Cerita wayang purwa bersumber pada epos Mahabarata dan Ramayana sedangkan cerita ketoprak bersumber pada sejarah atau babad Jawa. Tokoh yang ada di wayang purwa tidak akan bias ditemui di ketoprak, begitu juga sebaliknya. Jadi menurut saya antara wayang dan ketoprak jelas beda dan tidak ada korelasi apapun yang bias menghubungkan keduanya. Tapi sekarang Mbah Narto bilang kedua cerita tadi berhubungan dan ketoprak merupakan kesinambungan cerita sejarah wayang purwa khususnya Mahabarata. Dengan keterbatasan saya mencoba mengolah penuturan dari Mbah Narto dengan cerita-cerita lain yang pernah saya dengar atau baca dari berbagai literatur.

Adalah wayang madya (madya=tengah), adalah penghubung cerita dari wayang purwa (purwa=wiwitan, awal) menuju ketoprak. Cerita Mahabarata (versi Raja Purwa) dalam wayang purwa dimulai dari Prabu Yayati, leluhur bangsa Kuru, Wresni dan Yadawa, juga pendirian Negara Hastinapura dan berakhir dengan meninggalnya Raja Parikesit di Hastinapura karena dibunuh oleh Naga Taksaka. Penggubahan cerita Mahabarata kedalam bahasa Jawa pada jaman Raja Jayabaya di Kediri dibuatlah perubahan dimana jalan cerita seolah-seolah terjadi di pulau Jawa. Hal ini semakin Nampak jelas pada rangkaian cerita pada wayang madya sebagai penerus cerita Mahabarata di wayang purwa, dimana wayang madya dimulai dari Prabu Yudayana, anak Parikesit di Hastina sampai pada Prabu Angling Darma di Kerajaan Malawapati. Alur cerita kelanjutan dari wayang madya tidak lagi diteruskan dalam bentuk wayang tetapi berubah menjadi cerita babad yang dituturkan dalam bentuk lakon pada ketoprak.

Cerita wayang madya hanya terdapat di Jawa, dimulai saat Yudayana naik tahta Hastinapura menggantikan ayahnya Prabu Parikesit. Prabu Yudayana inilah yang merubah nama Hastina menjadi Yowastina. Perubahan nama ini bias jadi sebagai tanda peralihan pusat kebudayaan dari India ke Jawa dan juga klaim bahwa raja-raja Jawa adalah keturunan dari Arjuna sebagai salah satu tokoh sentral dari cerita Mahabarata. Hal ini juga tertulis dalam Babad Tanah Jawa mengenai silsilah keturunan raja-raja Jawa. Sedangkan awal cerita pada ketoprak dimulai dari Prabu Angling Kusuma, anak Angling Darma. Disinilah muncul tokoh Ajisaka, pencipta aksara Jawa. Cerita ini terus berlanjut dan berkesinambungan sampai pada cerita pada babad-babad baru masa kerajaan Mataram Islam yang sering dilakonkan dalam cerita ketoprak jaman sekarang.

Sebagai penghubung cerita atau benang merah antara wayang purwa dan wayang madya adalah tokoh Punakawan dan Hanoman atau Resi Mayangkara. Karakter Semar, Gareng, Petruk dan Bagong sebagai punakawan para ksatria hanya sampai pada jaman Prabu Gendrayana, anak Yudayana. Sedangkan Hanoman berumur panjang karena baru mati di jaman Prabu Jayabaya, anak dari Gendrayana. Tokoh Hanoman ini juga yang menjadi penghubung cerita Ramayana ke Mahabarata pada wayang purwa.

Bila memang demikian maka ini menjadi menarik karena cerita Mahabarata menjadi awal alur sejarah kerajaan-kerajaan Jawa sampai pada kondisi sekarang yakni Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun