Mohon tunggu...
Yulius Efendi
Yulius Efendi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sedang Menjalankan Studi

Laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jangan Merasa Paling Agamis dan Pancasilais

14 Agustus 2020   14:57 Diperbarui: 14 Agustus 2020   16:25 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salah satu poin penting isi pidato kenegaraan Presiden Jokowi pada Jumat 14 Agustus 2020, menegaskan kepada masyarakat Indonesia agar "jangan merasa paling agamis dan pancasilais. Pernyataan presiden ini jika ditelusuri dalam konteks berdemokrasi di Indonesia, menjadi poin reflektif untuk memaknai kembali kemerdekaan dalam berdemokrasi yang sesungguhnya.

Aspek keagamaan yang diangkat sesungguhnya mengingatkan seluruh warga bangsa bahwa bangsa ini terlahir dari nilai-nilai ke-Tuhan-an yang dianut dalam iman dan kepercayaan dari masing-masing umat beragama. Eksistensi agama yang dianut oleh masing-masing umat beragama diakui oleh negara untuk membentuk karakter spiritual dalam diri warganya.

Karena itu, keberadaan agama selain termasuk dalam ranah privasi dalam penghayatan iman dan kepercayaan, juga masuk dalam ranah publik untuk membangun kekokohan hidup bernegara yang mendukung nilai kebersamaan, saling mencintai, saling menghargai karena diyakini bahwa semua warga negera adalah ciptaan Allah yang sama.

Kesamaan penghargaan sebagai makhluk ciptaan Allah hendaknya dimaknai sebagai wujud konkrit nilai-nilai penghayatan keberagamaan. Dengan kata lain, keberadaan agama hendaknya menyatukan prinsip dan nilai bahwa keunggulan hidup bukan diukur dari seberapa baik kita menjalankan ritual keagamaan, tetapi seberapa benar kita mengimplementasikan nilai-nilai keagamaan itu dalam kehidupan bersama.

Itu berarti penghayatan agama yang benar, tidak diukur dari pengakuan diri akan kebenaran penghayatan agamanya sendiri dan menyalahkan penghayatan agama orang lain. Penghayatan agama yang benar selalu membawa rasa damai, toleran, dan terwujud pula dalam cara menghargai nilai-nilai usaha dan perjuangan orang lain dalam membangun kehidupan bersama.

Selanjutnya, dalam konteks pernyataan, jangan merasa paling pancasilais. Pernyataan ini sesungguhnya memberi poin penting dalam memaknai hidup berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh ideologi Pancasila.

Fakta sejarah yang tidak dapat dipungkiri bahwa bangsa ini terlahir bukan hasil ambisi "sesaat" dari para pejuang kemerdekaan untuk membebaskan diri dari kaum penjajah. Bukan pula karena para pejuang merasa paling tahu tentang landasan hidup berbangsa dan bernegara ketika bangsa ini merdeka.

Yang paling penting dari nilai perjuangan yang tertanam dalam sanubari para tokoh pejuang bangsa ini adalah menjadikan Pancasila sebagai dasar kebersamaan untuk membangun dan membentuk kebersatuan hidup, pengakuan akan hak sesama warga negara, dan kerinduan untuk sama-sama mengisi kemerdekaan demi kesejahteraan bersama.

Ke-indonesia-an dalam kekokohan ideologi Pancasila merupakan kekuatan fundamental bagi kehidupan bangsa. Filosofi Pancasila yang dipilari oleh lima sila yang ada, tentu bukan terbatas pada hitungan matematik dalam angka lima dan formulasi asal jadi, tetapi seyogyanya menyatukan kepelbagaidimensian hakikat keberagaman latar belakang warga bangsa.

Hakikat penyatuan ini tentu diperkokoh melalui karakter yang kuat, jati diri bangsa yang tangguh, semangat kompetitif melalui kepemilikan kompetensi dan semangat bersaing untuk menghasilkan gagasan-gagasan kolaboratif dalam menjawabi tantangan di era persaingan global.

Dengan kata lain, pengakuan diri yang Pancasilais sesungguhnya tidak mengekspresikan nilai-nilai dasar perjuangan bangsa. Karena di balik pengakuan diri sebagai sosok yang paling Pancasilais tereksplisit semangat untuk menghilangkan makna perjuangan dari para tokoh pendiri bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun