Mohon tunggu...
W. Efect
W. Efect Mohon Tunggu... Penulis - Berusaha untuk menjadi penulis profesional

if you want to know what you want, you have to know what you think

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita tentang Wina

18 April 2017   11:26 Diperbarui: 18 April 2017   11:37 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku masih ingat lagu yang diberikan Wina pada diriku dua puluh tahun lalu. Lagu keroncong Terkenang, memang menjadi lagu favorit Wina. Aku juga tahu persis kapan Wina memberikan lagu itu kepadaku.

Waktu itu dihari ulang tahun mas Firsa, sekitar lima belas orang hadir, seorang diantara mereka pinter memainkan organ dan ia sendiri yang mengiringi lagu Keroncong Terkenang-kenang padamu, yang khusus dinyanyikan Wina di hari ulang tahun mas Firsa. Anehnya setelah lagu itu dinyanyikan, syair yang sudah di tulis tangan Wina, tidak diberikan pada mas Firsa, Wina melangkah menuju tempat dudukku dan memberikan sesobek kertas bertuliskan lagu tersebut.

Aku sendiri tidak menanggapi serius pemberian syair lagu tersebut, kuanggap sebagai hal yang biasa, walau setelah itu beberapa teman datang kepadaku, kalau Wina menaruh minat pada diriku dan hendak menjalin hubungan serius. Aku sendiri juga hanya bersikap biasa-biasa saja. Sikap ku seperti itu justru dianggap tidak wajar oleh teman-temanku, tapi aku sendiri juga, “gimana ya, simpatik sih hiya” namun untuk maju ada rasa yang belum srek dalam hati hingga apa yang disampaikan teman-teman kuanggap sebagai informasi biasa saja.

Kalau aku mencoba untuk merefleksi perjalanan Wina, ia memang memiliki segudang prestasi di bidang olah Vokal, beberapa kali mendapatkan penghargaan ditingkat Kabupaten maupun propinsi. Dengan dimilikinya prestasi tersebut hampir setiap tahun menjadi wakil Propinsi untuk maju ke tingkat nasional dengan hasil yang cukup memuaskan walau belum dapat mencapai hasil puncak.

Dengan dimilikinya prestasi ditingkat Nasional, ia secara rutin diminta mengisi acara di TVRI maupun RRI. Tak jarang ia memintaku untuk mengantarkan apabila rekamannya dilakukan malam hari. Aku sendiri sebenarnya memang tidak enak, namun ku juga sulit untuk menolak permintaannya. Secara khusus aku yang menjadi pengantar Wina. Dan kegiatan itu berlangsung selama tiga tahunan. Selama itu aku juga masih bersikap biasa-biasa saja  tak ada rasa ingin memiliki, sedangkan Wina ku perhatikan senang sekali bila aku yang menghantarkan. Beberapa teman juga menyarankan agar aku menyeriusi hubungan dengan Wina.

Aku hanya sering mengulum senyum menanggapi apa yang disampaikan oleh teman-teman itu. Untuk maju lebih serius lagi belum ada rencana sama sekali. Akan tetapi ada sesuatu yang menarik sewaktu mengantarkan Wina pentas atau mengikuti lomba, ia selalu mengatakan “Suport aku ya, mas !!” Aku hanya sering mengangguk dan mengembangkan senyuman.

***

Aku tidak tahu pasti alasan kenapa keluarga Wina pindah tempat, ia sendiri juga tidak sempat memperitahukan kepadaku. Beberapa teman pernah mengatakan kalau Wina maih berada di Yogyakarta, itu dikatakan karena ada yang pernah melihat kalau pernah keluar masuk slah satu kampus di Yogyakarta.

Aku sendiri sebenarnya hendak mencari, akan tetapi minim informasi, dua tahun kemudian ketika aku memperdalam tentang Filsafat, melihat Wina juga belajar di sana, cuma waktu itu aku ambil DII, sedangkan Wina ambil Program S1, aku jadi berfikir, apakah ini suatu yang kebetulan atau memang sudah diatur oleh Tuhan sendiri?

Rupanya ia begitu ceria sewaktu bertemu denganku, ia banyak cerita tentang keluarganya termasuk bapak-ibunya yang telah cerai. Aku terkejut juga mendengarkan apa yang disampaikan, Wina sendiri kelihatan murung ketika bercerita tentang kedua orang tuanya, walau begitu sempat juga ia mengatakan “Suport aku ya mas, dalam studi dan mengarungi hidup ini!” Ku coba untuk nenganggukkan kepala dan berusaha mengulum senyum, walau dalam hati kecil ini merasa kasihan melihat perjalanan yang dirasakan oleh Wina.

Seorang lelaki yang sedari tadi berada tidak jauh dari tempat kami bicara dan tengah memperhatikan papan penguuman mendatangi kami yang tengah asyik bicara, Wina kemudian memperkenalnya kepadaku kalau lelaki itu yang ternyata bernama Wimbo adalah suaminya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun