Mohon tunggu...
Stefanus Fajar Setyawan
Stefanus Fajar Setyawan Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar Komunikasi

Sedang belajar menulis dan merangkai ide yang melintas di pikiran

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Presidensi G20: Momentum Indonesia untuk Dunia yang Sedang Tidak Baik-baik Saja

27 Juli 2022   20:30 Diperbarui: 27 Juli 2022   20:30 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Krisis yang muncul di berbagai lini kehidupan manusia harus dihadapi secara bersama dengan mengesampingkan persaingan. Sumber: https://www.marketingprofs.com/chirp/2022/46726/the-critical-risks-that-threaten-the-world-infographic

Perkembangan kehidupan dunia di abad 21 membawa tantangan baru bagi masyarakat global. Kita saat ini diperhadapkan pada teknologi digital yang mau tidak mau sudah masuk hampir ke semua lini kehidupan. Negara-negara dan aktor non negara juga saling berlomba untuk mendapatkan sumber daya alam yang semakin hari semakin terbatas. Kondisi tersebut kemudian semakin dipengaruhi oleh datangnya pandemi Covid-19 yang mana tidak ada satu negara pun siap untuk menghadapinya.


Indonesia sebagai negara yang saat ini menjadi negara dengan perkembangan ekonomi digital terbesar di kawasan Asia Tenggara  dipercaya sebagai pemegang Presidensi Group of 20 (G20) ke-17. G20 adalah forum multilateral dari 19 negara, Uni Eropa, serta perwakilan dari IMF dan World Bank.  KTT G20 ke-17 juga menjadi kesempatan pertama bagi Indonesia untuk memegang status presidensi sejak keikutsertaan pertama kali pada 1999. Apabila ditotal, negara peserta G20 memiliki populasinya lebih dari 60% penduduk dunia dan memegang lebih dari 80% GDP dunia.


Kesempatan Indonesia untuk menjadi Presidensi di Konferensi G20 ke-17 menjadi momentum baik bagi dunia untuk bersama-sama pulih dan semakin kuat. Semangat “Recover Together, Recover Stronger” nampak tidak hanya sekadar slogan suatu perhelatan internasional, tetapi juga membawa misi khusus. Saya jadi teringat pidato Presiden Joko Widodo di Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2018. Saat itu beliau mengungkapkan salah satu frasa “Winter is Coming” yang diambil dari serial Game of Thrones.  Ungkapan tersebut cukup jelas untuk menggambarkan kemungkinan dunia yang akan menghadapi kondisi serba tidak pasti. Apabila kita melihat kondisi saat ini, maka frasa tersebut menjadi terasa benar adanya. Dunia saat ini sedang tidak baik-baik saja!


“Winter is Coming” menandakan krisis yang sudah muncul di depan mata. Covid-19 yang merebak ke seantero dunia sejak akhir 2019 membuat kehidupan di dunia sempat lumpuh. Sumber daya kesehatan masyarakat dan perekonomian juga menjadi pertaruhan hampir di seluruh negara di dunia. Dua persoalan tersebut dapat menjadi mimpi buruk bagi negara yang tidak mampu menjaga keseimbangan antar keduanya. Meskipun di 2022 ini kita perlahan mampu bangkit dari keterpurukkan akibat pandemi, negara dan dunia diperhadapkan pada krisis ekonomi, pangan, energi, dan keamanan. Kita mendengar bahwa saat ini sudah ada negara yang dinyatakan bangkrut, terjadi inflasi cukup tinggi di Amerika Serikat, serta krisis energi dan pangan di Uni Eropa sebagai dampak perang Rusia-Ukraina. Tidak menutup kemungkinan bahwa krisis ekonomi, energi, pangan, atau bahkan dampak perang bisa berakibat buruk bagi Indonesia.

Krisis yang muncul di berbagai lini kehidupan manusia harus dihadapi secara bersama dengan mengesampingkan persaingan. Sumber: https://www.marketingprofs.com/chirp/2022/46726/the-critical-risks-that-threaten-the-world-infographic
Krisis yang muncul di berbagai lini kehidupan manusia harus dihadapi secara bersama dengan mengesampingkan persaingan. Sumber: https://www.marketingprofs.com/chirp/2022/46726/the-critical-risks-that-threaten-the-world-infographic
Kesempatan Presidensi G20 merupakan momentum bersejarah bagi Indonesia untuk memantik semangat kolaborasi antar negara untuk bersama menghadapi badai krisis. Presiden Joko Widodo pada The 1st Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting mengingatkan pentingnya negara anggota G20 untuk bersinergi dan mengesampingkan rivalitas semata dalam menghadapi krisis.  Pesan yang kurang lebih sama juga ditegaskan kembali oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam pertemuan ketiga dari forum tersebut. “[…] Indonesia akan terus tanpa henti berdiskusi, menjangkau, berkomunikasi, berkonsultasi, dan meminta saran Anda sehingga kami akan terus membangun jembatan dan tidak akan membangun tembok. Karena kami sangat percaya bahwa dunia sangat membutuhkan lebih banyak jembatan dan koneksi, bukan tembok dan perang,” ujarnya pada opening remarks di depan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral termasuk Bank Indonesia.


Pelaksanaan Presidensi G20 sampai saat ini telah memunculkan dampak positif secara kebijakan ekonomi dan keuangan global. Pada Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 yang ketiga, para anggota menyepakati beberapa kebijakan strategis, yaitu membentuk Financial Intermediary Fund (FIF) untuk mengendalikan pandemi, membentuk kebijakan terkait ketahanan finansial global yang berkelanjutan, meluncurkan Indonesia Energy Transition Mechanism (ETM) Country Platform untuk pengembangan energi ramah lingkungan, mendukung implementasi standar transparansi pajak, dan menyiapkan roadmap untuk pembayaran digital lintas batas.  Selain itu, Presidensi G20 juga mencari solusi dari krisis pangan lewat Seminar Tingkat Tinggi bersama Saudi Arabia. Kebijakan yang berhasil dirumuskan pada pertemuan ini tentu akan berpengaruh positif bagi perekonomian Indonesia yang lebih baik dan berkelanjutan.


Presidensi G20 yang terlaksana di beberapa kota besar dan kawasan strategis di Indonesia tentu membuktikan ketahanan ekonomi negara serta mampu membawa efek domino bagi masyarakat. Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo menyampaikan bahwa perekonomian Indonesia teruji resiliensinya walau diperhadapkan pada situasi serba tidak pasti.  Hal tersebut didukung data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkisar 3,2-4,0% di 2021 dan diperkirakan mampu tumbuh hingga 5,5% pada 2022. Pelaksanaan Presidensi G20 juga diproyeksikan mampu meningkatkan konsumsi domestik hingga Rp1,7 triliun, menyumbang PDB nasional hingga Rp7,4 triliun, menyerap sekitar 33 ribu tenaga kerja, serta membangkitkan lini bisnis akomodasi dan pariwisata.  Tentunya hal tersebut menjadi angin segar bagi perekonomian masyarakat yang sempat lesu selama dua tahun.


Kiranya pelaksanaan Presidensi G20 2022 mampu menjadi tonggak sejarah dan pembuktian Indonesia bagi dunia. Tentu masih teringat di benak kita bahwa sempat muncul polemik dari diundangnya Rusia dan Ukraina ke forum ini. Meskipun mendapat protes dari negara adidaya sekalipun, Indonesia tetap bersikeras untuk mengundang dua negara yang sedang berkonflik itu. Sikap Indonesia menjadi bukti bahwa negara kita memegang teguh semangat duduk bersama untuk mencari solusi terbaik dalam mengatasi krisis. Apalagi di situasi yang penuh ketidakpastian, tidak ada satu pun negara yang mampu berjuang sendirian. Semoga spirit sila ke-2 Pancasila dan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat terus menjadi nafas Indonesia di kancah dunia untuk mewujudkan kehidupan manusia yang membawa damai dan berkeadilan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun