Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peluncuran Buku Perjalanan 75 Tahun PLN

12 Maret 2021   15:01 Diperbarui: 12 Maret 2021   15:03 7786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kilas Balik Penerangan di Pedesaan Semasa Kecil

Dulu, semasa kecil, lampu semprong jadi salah satu benda yang sangat diperlukan. Pasalnya, benda ini paling dicari saat listrik mati. Saat itu belum semua warga desa memilikinya karena harganya masih tergolong mahal untuk ukuran warga yang tinggal di desa.

Alih-alih membeli lampu semprong, kebanyakan warga memanfaatkan botol bekas dan tutupnya, besi kecil berbentuk pipa, serta sedikit kain perca yang dipelintir.

Botol bekas digunakan sebagai penampung bahan bakar minyak tanah, besi kecil berbentuk pipa dimanfaatkan untuk menopang kain perca agar tetap berdiri tegak, serta kain perca kecil yang ujungnya dipelintir lalu dimasukkan lewat pipa besi untuk dijadikan sebagai sumbu. Kombinasi ketiganya menghasilkan lampu minyak.

Cahaya dari lampu ini bisa disesuaikan. Jika ingin lebih terang, maka sumbu ditarik lebih panjang. Sebaliknya, jika ingin lebih redup, sumbu dibuat sekecil mungkin.

Dulu, bila ingin belajar, maka sumbu lampu dibuat lebih panjang agar cahaya lebih terang. Lalu saat akan tidur, sumbu lampu ditarik hingga sependek mungkin agar tidak membahayakan dan tidur bisa lebih nyaman.

Untuk sekadar kamu ketahui, semakin panjang sumbu lampu minyak maka akan semakin banyak, semakin tebal, dan semakin hitam juga asap yang dikeluarkan. Sebaliknya pun demikian.

Lucunya berteman semalaman dengan lampu minyak adalah, beberapa titik hitam bekas asap dari lampu "menghiasi" wajah. Jadi kalau keesokan paginya mandi enggak bersih, pasti langsung ketahuan sama teman-teman satu kelas. Hehehe.

Tak Lagi Berkawan Asap, Kini Desa Jadi Lebih Terang

Ilustrasi desa terang di malam hari | Foto: Suara Lidik
Ilustrasi desa terang di malam hari | Foto: Suara Lidik
Kalau semasa kecil penerangan masih didominasi lampu minyak, maka sekarang pedesaan tak lagi beda dengan kota dalam urusan penerangan. Sama-sama bercahaya, sama-sama terang tanpa batasan waktu.

Mengisahkan Perjalanan, PLN Luncurkan 2 Buku

Persamaan desa dan kota di malam hari yang bisa dinikmati saat ini, tak luput dari peran PLN. PLN terus berupaya membangun infrastruktur untuk melistriki:

  • Daerah tertinggal
  • Daerah terdepan, dan
  • Daerah terluar

Bukan hal yang mudah membangun dan menyediakan listrik untuk rakyat dengan kondisi geografis yang berbeda-beda. Namun, diwarnai dengan berbagai perjuangan mulai dari petugas di level terbawah, pegawai di lapangan, hingga manajemen di tingkat teratas,  PLN yang beroperasi sejak 27 Oktober 1945 berhasil mewujudkan keadilan energi untuk seluruh rakyat Indonesia.

75 tahun beroperasi:

  • PLN telah memberikan pelayanan kepada 77,7 juta pelanggan
  • Kapasitas pembangkit listrik mencapai 63,208 MW
  • Gardu induk 146,528 MW
  • Panjang transmisi hingga 60,345KM sirkuit
  • Dengan total nilai aset sebesar 1.600 triliun rupiah.

Kini, seluruh perjuangan tim PLN menerangi negeri dibungkus dalam dua buku yang berjudul "Menerangi Negeri: PLN 75 Tahun" dan "Menerangi Indonesia Memajukan Bangsa".

Pada tanggal 4 Maret lalu, diadakanlah bedah buku "Menerangi Negeri: PLN 75 Tahun" dan "Menerangi Indonesia Memajukan Bangsa" dengan menghadirkan:

  • Zulkifli Zaini selaku Direktur Utama PLN
  • Darmawan Prasodjo selaku Wakil Direktur Utama PLN
  • Try Harijono sebagai penulis buku "Menerangi Negeri: PLN 75 Tahun"
  • Arbain Rambey sebagai kurator foto buku "Menerangi Indonesia, Memajukan Bangsa"
  • Deendarlianto selaku Kepala Pusat Studi Energi UGM

Acara ini dibawakan oleh:

  • Tommy Tri Nugroho selaku Wakil Redaktur Pelaksana Harian Kompas yang berperan sebagai moderator, dan
  • Pascalis Iswari selaku news anchor Kompas TV yang berperan sebagai host

75 Tahun PLN dan Kontribusinya dalam Berbagai Aspek di Seluruh Penjuru Indonesia

Bukan hal yang mudah untuk membuat listrik tersebar merata di Indonesia. Namun nyatanya PLN berhasil membuat jumlah desa yang dialiri listrik naik dari tahun ke tahun.

Jumlah desa berlistrik | Data: Tangkap layar bedah buku Menerangi Negeri: PLN 75 Tahun
Jumlah desa berlistrik | Data: Tangkap layar bedah buku Menerangi Negeri: PLN 75 Tahun
Data di tahun 2015 menyebutkan bahwa jumlah desa yang dialiri listrik hanya sebanyak 70.391. Angka ini terus mengalami kenaikan hingga mencapai 82.238 desa di tahun 2020.

Bukan hanya fokus untuk meningkatkan jumlah desa yang dialiri listrik, dengan menggunakan energi ramah lingkungan seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPB), dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA), PLN juga fokus pada kontribusi lain yang bisa diberikan pada Indonesia, seperti:

  • Memberikan kemudahan kepada seluruh pelanggan untuk mendapatkan listrik. Data menyebutkan, tahun 2015 kemudahan untuk mendapatkan aliran listrik ada pada peringkat ke-78. Peringkat ini berhasil diperbaiki dari tahun ke tahun hingga mencapai peringkat ke-33 di tahun 2020.
  • Sebagai BUMN, PLN berkontribusi meningkatkan ketahanan ekonomi melalui peningkatan pajak dan deviden untuk kemajuan bangsa.
  • Menghadirkan solusi untuk tantangan baru di masa depan dan PLN memastikan kegiatan usaha yang berbasis wawasan lingkungan
  • Bahkan di saat tersulit pun, PLN memastikan ketersediaan listrik guna menjaga perputaran roda ekonomi bangsa dan kesehatan seluruh rakyat Indonesia.

Salam,
Efa Butar-butar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun