Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kasta atau Etika?

21 November 2019   18:28 Diperbarui: 22 November 2019   08:44 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Depositphotos/stockveres

"Kenapa Pak? Kok bisa?" aku bertanya

"Iya, mba itu kan baru ya. Tapi beberapa kali disapa sama security-security di sini ngga pernah mau sapa balik, Mba., Bapak itu menjawab lurus saja sembari sesekali melihat perempuan si staf baru. Mungkin beliau takut ucapannya terdengar.

"Ohhh, mungkin dia juga sungkan nyapa Pak. Kan masih baru," Hanya itu sepertinya jawaban bijaksana yang bisa menenangkan beliau dari rasa mindernya itu.

"Bukan begitu Mba. Kalau sekali dua kali sapa terus didiemin sih ngga apa-apa. Tapi kalau berkali-kali kita coba sapa dan ngga digubris ya sedih juga. Kayak kita ngga layak buat sapa dia gitu. Kan cuma security."

Aku diam. Dan hatiku sedikit teriris. Entah kenapa tiba-tiba keingat bapak yang di kampung.

Mungkin kalau bapak diperlakukan sama, aku pasti negur orang itu tanpa diminta. Beda dengan ini. Aku tak bisa berbuat apa-apa karena tak mengenal bahkan nama perempuan itu meski kami satu kantor.

Sama seperti bapak petugas keamanan itu sampaikan, perempuan itu mungkin memang pelit berbicara. Atau mungkin merasa tidak perlu untuk berbicara dengan seseorang yang tidak begitu dikenalnya? Aku tidak tahu.

Beberapa kali aku bertemu dengannya di toilet kantor pun hal yang sama dilakukan juga padaku saat aku mencoba tersenyum kecil. Eilahh, datar aja gitu mukanya. 

Berbeda dengan bapak petugas keamanan, saat aku diperlakukan seperti itu, aku juga akan melakukan hal yang sama padanya. Kupikir ngga ada ruginya juga kalau tidak bicara dengan orang itu. Dan ngga ada untungnya juga. Toh tidak ada kaitan pekerjaan dan tidak ada kebutuhan apa-apa yang berurusan dengannya.

Jadi tiap kali bertemu dengannya di toilet, kami seperti stranger padahal tiap hari melewati jalanan yang sama. Toilet yang sama. Akses lift yang sama. Hehehe. Lucu ya.

Ya itu, kembali lagi dengan kebiasaan ya. Mungkin kebiasaannya hanya berbincang sebatas dengan orang-orang yang dikenalnya saja. Aku tidak bisa memaksa orang lain untuk mengubah tabiat yang sudah mendarah daging. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun