Sebagaimana saya menyebarkan link artikel saya kepada orang-orang yang menurut saya adalah "rumah" yang tepat untuk tiap tulisan saya, saya pikir bagi pembuat karya yang lain -- dalam bentuk apapun itu, adalah hal yang lumrah untuk melakukan hal yang sama.
Terkadang, saya beruntung bertemu dengan pembaca yang sungguh-sungguh menjadi "rumah" tulisan tersebut. Tak jarang pula tulisan saya menjadi bulan-bulanan karena opini yang bertentangan dengan pembaca tersebut. Seringnya diabaikan saja.
Apapun responnya, harus diterima toh? Siapa suruh share link jika tidak siap dengan segala kemungkinan komentar yang diterima? Lagi pula kita tidak bisa memaksakan isi kepala orang lain harus sesuai dengan isi kepala kita sendiri.
Hal yang sama terjadi pada saya, kali ini bukan sebagai pemilik, namun menjadi rumah dari sebuah karya.
Menjadi "Rumah" dari Sebuah Karya
Beberapa waktu lalu, saya menerima pesan audio dari group WhatsApp yang seluruh pesertanya adalah teman-teman saat SMP dulu.
Mengingat di dalam group dominan isinya adalah hal ringan yang bertujuan untuk bercanda dan ngerjain, Saya pikir, ya hal biasa. Share lagu tapi isinya bukan lagu. Kadang malah suara aneh yang menakutkan. Alhasil hanya saya biarkan terendap dan hilang tertanam percakapan lainnya.
Bermaksud untuk "bersih-bersih" percakapan di WhatsApp, pagi tadi, sembari berangkat ke kantor, mau tidak mau berbagai media yang saya terimapun harus dicek terlebih dahulu sebelum akhirnya dihapus selama-lamanya.
Lalu saya bertemu dengan karya ini -- sebuah lagu, sebuah karya yang menurut saya tidak bisa dikatakan spektakuler, namun yaaa lumayanlah untuk didengarkan. Mulai dari penghayatan lagu, nada yang sederhana, serta lirik yang kebetulan "ngena". Karena tidak tahu judulnya apa, ya sudah, saya putuskan saja sendiri judulnya adalahÂ
Ya mohon maaf lho kalau videonya ngga sebagus yang diharapkan. Bukan youtuber soalnya. Heehhe
"Ngena" dalam hal ini adalah lirik berkisah tentang sesuatu yang saat ini sedang terjadi di dalam diri saya, yaitu hubungan jarak jauh (LDR).
Sedari pagi hingga tulisan ini terbit, lagu itu masih terus saya putar. Saya kirim kepada kekasih hati di seberang sana yang kebetulan menyukainya juga. Maka sebagai apresiasi, saya membuat tulisan ini. Saya anggap, lagu itu diciptakan untuk kami berdua. Hahahaha.