Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Satu Butir Nasi yang Tertinggal: Petani, Sampah, dan Masyarakat yang Kelaparan

11 November 2017   07:17 Diperbarui: 10 Agustus 2019   13:45 4624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia sebagai negara agraris | Foto: http://7-themes.com

Lebih jauh lagi, urusan satu butir nasi bisa menjadi kompleks ketika diakumulasikan dengan satu butir-butir nasi yang lain dari seluruh penjuru negeri. Tidak lucu sampah makanan sampai sebanyak itu sementara di luar sana banyak orang yang bahkan untuk merasakan satu butir nasi itupun mereka tidak bisa.

Itu hanya sampah makanan, bagaimana dengan sampah plastik, kertas, pakaian, sepatu, dan barang-barang lain yang terus menggunung di TPA sana?

Alm Oppung selalu sampaikan pada kami, berulang hingga akhirnya melekat, "Jangan banyak ambil, nanti bisa tambah. Terbuang, engga makan kau besok!"

Apa sih, urusan satu butir nasi doang dibesar-besarkan?

Bukan doang! Urusan satu butir nasi itu kompleks. Maka jangan sisakan!

Saya tergerak untuk mengulas ini setelah mendapatkan pemaparan dari Prof. Dr. Ir. Rindit Pambayun, MP selaku ketua umum Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia yang membahas tentang berat per butir nas yang berujung menjadi sampah.

img20171104123030-5a063e4a5a676f023431e6b2.jpg
img20171104123030-5a063e4a5a676f023431e6b2.jpg
Juga dari pembicara muda yang sangat energic, Syir Asih Amanati, Program Manager, Greeneration Foundation yang menggemakan "TIDAK LAGI BUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA, NAMUN LETAKKAN SAMPAH PADA TEMPATNYA." Yang berarti sampah apapun yang di tangan kita, seharusnya dikreasikan untuk menghasilkan karya.

Seperti karya yang cukup apik yang terbuat dari sedotan ini


Depok, 11 Nov 2017

Efa Butar butar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun