Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

The Power of Believing: Ketemu Nemo, Sampai Informasi Menuju Pahawang

25 Maret 2017   18:54 Diperbarui: 26 Maret 2017   03:00 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berhubung sekarang otakku lagi pingin banget jalan-jalan, aku sering cari-cari referensi bagaimana menuju ke tempat yang ingin aku kunjungi. Sayangnya, tidak semuanya bisa aku temukan. Tidak jarang aku hanya menemukan bagaimana keindahan lokasi itu saja tanpa berbagi informasi bagaimana caranya menuju ke sana. Termasuk itu rute yang harus ditempuh, naik apa dan bagaimana kondisi selama di perjalanan.

Nah, karena salah satu impianku sudah terpenuhi. Rasanya tidak salah jika aku berbagi kebahagiaanku melalui sharing informasi ini kepada teman semua. Informasi yang aku maksud adalah seperti yang kukatakan di paragraf sebelumnya. Bagaimana perjalanan menuju ke Pahawang, lama perjalanan, sebaiknya menggunakan apa, dan yang pasti apa yang akan kalian dapatkan di sana..

Menuju Pawahang
Jam 07.30 WIB, kami berkumpul di titik kumpul yang telah disepakati sebelumnya di daerah Kemiling. Biasalah, Indonesia. Ngaret adalah sesuatu yang sudah mutlak terjadi dan harus dimaklumi. Hehehe. Kurang lebih 30 orang (aku tidak ingat jumlah pasti pesertanya sih, soalnya otakku sudah fokus ke Pahawangnya. Heheh) akhirnya terkumpul sudah. Sekitar pukul 09.00 WIB, perjalanan dimulai.

Kami tidak membawa kendaraan pribadi walau sebelumnya, ada salah satu teman yang menawarkan diri untuk menggunakan mobil pribadinya saja. Kami tolak dengan alasan kasihan jika dia yang mengendarai mobil sementara yang lain bisa seru-seruan selama perjalanan. Kamu tahu kan, kisah sebuah perjalanan tidak terdapat hanya di tempat tujuan saja? Selama perjalanan menuju ke sana juga bisa kita kondisikan untuk membuat cerita perjalanan lebih indah dan lebih seru. Akhirnya kami sepakati untuk menyewa dua unit angkot untuk kami gunakan penuh dari pagi hingga acara usai. Supirnya sendiri adalah si pemilik angkot tersebut.
Biaya yang kami habiskan untuk dua angkot yang kami sewa adalah sebesar Rp 560.000, atau sebesar Rp 280.000 per angkot.

Perjalanan kami awali dengan Doa. Menyerahkan semua yang akan terjadi hari ini kepada Sang Pencipta agar segalanya diberi kelancaran hingga kembali ke rumah masing-masing nantinya. Diangkot yang aku tempati, itu hanya ada 7 orang penumpang (semuanya wanita) dan satu orang supir (Pria, of course). Sisanya ada di angkot lainnya. Jangan tanya kenapa, aku juga engga tau. Mungkin pada doyan sempit-sempitan. Hahaha.

Kami berangkat dari Kemiling menuju arah Lembah Hijau yang juga menjadi destinasi libur yang cukup menyenangkan. Lurus terus menuju ke Citra Land yang sedang dalam pembangunan. Di Citra Land ini sendiri, banyak orang yang berhenti khusus hanya untuk berfoto di sana. Kalau kamu juga tertarik, silahkan saja.

Sekitar kurang lebih 30-40 menit, kamu akan bertemu dengan pertigaan. Untuk menuju Pahawang, kamu silahkan lurus saja. Jika kamu belok kiri, itu menuju tempat yang bernama Teluk. Kurang lebih setengah jam lagi, kamu akan tiba di Ketapang. Tempat penyebarang menuju ke Pahawang. Total perjalanan menuju ke Ketapang hanya sekitar kurang lebih satu jam. Kemarin ketika perjalanan kebetulan tidak begitu macet. Walau jalanan sedikit berlubang, tidak menjadi kendala bagi kami untuk tiba tepat waktu di Ketapang.

Satu jam perjalanan yang kami gunakan ini juga sudah termasuk dengan berhenti hingga beberapa menit membeli air mineral untuk cadangan selama di lokasi.
Di Ketapang Port Pesawaran, kamu bisa menitipkan mobilmu. Tenang saja, dijamin aman kok. Oh iya, untuk kamu yang pingin banget menikmati dunia bawah air seperti aku, siap-siap rebutan untuk sewa peralatan snorkling di Pewasaran Port ini ya. Sewa peralatannya sendiri langsung sepaket. Kacamata renang+selang selam, kaki katak, dan Life Jacket.
Peralatan ini bisa langsung kamu bawa menuju ke Pahawang dan akan dibayar setelah kamu kembali dari sana. Artinya, peralatan ini bisa kamu gunakan seharian dengan harga HANYA Rp. 35.000 saja/paketnya, lho. Murah banget kan? Tapiiii, jangan sampai tertinggal ya, apalagi hilang. Karena itu adalah tanggung jawabmu sendiri sebagai penyewa. Kalau hilang, wah, mau tidak mau kamu harus bayar sesuai dengan harga masing-masing benda yang kamu hilangkan.

Jika peralatan snorkling kamu dan teman-temanmu sudah siap. Pastikan lagi mobil kamu sudah aman berikut dengan kuncinya ya. Jika semua sudah clear, saatnya berburu perahu yang akan kamu sewa menuju ke pulau Pahawang.
Kemarin, kami berhasil mendapatkan sebuah perahu dengan harga Rp. 400.000 untuk setiap perahu. Jadi total Rp 800.000 untuk dua perahu yang kami sewa. Untuk kamu yang ingin menyewa perahu tapi tidak bisa nawar, sepertinya lebih baik kamu serahkan tugas ini kepada teman kamu yang ahli dalam hal menawar. Biasanya sih, wanita. Tapi jangan menawar di harga yang sangat rendah ya. Bukannya dapet perahu, kamu mungkin malah dapat omelan dari pemilik perahunya. Disuruh berenang sendiri aja biar gratis. Hihih. Engga mau dapet yang begini kan? Lagipula, perahu yang kamu tumpangi itu, nantinya akan menemani kamu seharian penuh. Dari mulai tiba di pulau Pahawang, mengantarmu ke spot-spot terbaik untuk snorkling, hingga kembali ke Ketapang Port Pesawaran. Itu harga sih udah all in one. Tapi jika kamu bisa dapat harga yang lebih murah lagi, ya kamu beruntung. Hehehe.

Menyebrang Ke Pulau Kelagian Lunik
Alat snorkling clear, perahu clear. Saatnya menyeberang!
Kemarin, lebih tepatnya sih kami menuju pulau Kelagian Lunik. Seperti yang sudah aku bilang sebelumnya, perjalanan yang ditempuh kurang lebih satu jam. Selama satu jam itu pula, kamu bisa menikmati pemandangan yang engga akan pernah kamu dapetin di kota.

Engga tau sih bagi teman-teman yang lain, tapi untuk aku sendiri, saat itu rasanya ademmmmm banget. Teduh. Tenang. Dimana-mana hanya hijaunya bukit, birunya laut, putihnya pasir di pantai yang sesekali kami lewati dan suara kecipak air yang bertubrukan dengan perahu. Kalau saja alam bisa dipeluk, pasti bakal gue peluk deh. Duhhh, seneng pokoknya!
Ketika yang lain sibuk swafoto (buat kamu yang belum tau, swafoto itu bahasa Indonesia dari kata selfie yang sering kita ucapkan ya. Aku juga sebenarnya baru tau, sih. Hehehe. Itung-itung berbagi informasi) dan foto beramai-ramai, aku lebih memilih mengabadikan foto-foto mereka secara diam-diam. Soalnya kalau difoto pada sadar kamera, semua hasil bidikan kamera pasti pada bagus. Kalau begini, engga ada yang bisa aku ketawain. Hehehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun