Mohon tunggu...
Een Nuraeni
Een Nuraeni Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja sosial

"Orang yang tidak menulis, tidak punya sejarah"

Selanjutnya

Tutup

Money

Kesejahteraan Petani...??

20 April 2013   22:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:52 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Di Indonesia, profesi petani merupakan sektor berpenghasilan terendah, berkisar 500.000/bulan. Kondisi ini terjadi karena seringkali petani dihadapkan pada posisi tawar yang tidak menguntungkan. Petani dituntut untuk menjual produk pertanian dengan harga rendah untuk menjaga berbagai variable makro seperti stabilitas ekonomi, inflasi, pertumbuhan ekonomi dan untuk mendukung system industri. Tuntutan ini tidak diimbangi dengan keterpihakan pemerintah dan kebijakan untuk membangun sector pertanian. Persoalan lahan, irigasi, subsisdi pertanian, sulitnya modal dan pinjaman kredit modal untuk petani masih menjadi permasalahan utama bagi petani, mengingat makin mahalnnya harga faktor-faktor produksi seperti benih/bibit dan pupuk. Subsidi pertanian yang sangat minim dan system penyaluran yang tidak efektif, menggambarkan bahwa pemerintah belum benar-benar konsen untuk melindungi petani dan membangun pertanian jika dibandingkan dengan negara lain. Pada beberapa negara yang sector pertaniannya sudah maju seperti AS dan Thailand, selain karena subsidi pemerintahnya untuk pertanian sangat tinggi dan lahan yang luas, juga ditunjang dengan infrastruktur yang baik sehingga terjadi surplus produksi untuk kemudian di ekspor. Sebagai contoh, pada tahun 2003 subsidi yang diberikan pemerintah AS kepada petaninya sebesar US$ 1,7 Milyar atau rata-rata US$ 232/hektar. Pada 30 negara terkaya, subsidi pertanian menyumbang 30 % pendapatan petani dengan total nilai subsidi mencapai US$ 280Milyar. Sehingga wajar jika pertaniannya bisa maju dan petaninya sejahtera karena daya dukungnnya memadai.

Pertanian memiliki posisi strategis dalam pembangunan nasional yaitu dengan penyerapan tenaga kerja yang tinggi, penyediaan bahan baku industri, penyumbang devisa, penyediaan Pangan sebagai kebutuhan dasar, Peningkatan pendapatan masyarakat dan pengentasan kemiskinan serta kontribusinya dalam membangun sector lain. Pertanian adalah sector yang tidak bisa dipandang sebelah mata peranannya dalam membangun ketahanan bangsa. Sector pertanian bisa menyerap banyak tenaga kerja, berbeda dengan sector industri atau sector lain yang padat teknolongi sehingga tidak banyak tenaga kerja yang dibutuhkan didalamnya. Dengan kata lain pertanian dapat membantu menekan angka pengangguran. Selain itu, sector ini juga merupakan sektor yang paling tahan banting menghadapi kondisi krisis dan menjadi satu-satunya sector yang bisa tetap tumbuh positif pada saat krisis melanda Indonesia. Fakta lain mengenai sector pertanian adalah bahwa sektor ini kurang mendapat banyak perhatian namun selalu mendapat banyak tuntutan. Sehingga wajar jika petani kita kian hari kian miskin dan sedikit, lahan makin sempit, dan impor bahan pangan makin melejit.

Pertanian sebagai lahan pendapatan yang tidak menjanjikan menyebabkan perubahan komposisi umur dan jumlah petani. Saat ini, pertanian didominasi oleh kelompok umur lanjut (>45 tahun), sedangkan untuk kelompok umur sedang dan muda menurun nyata. Secara mencolok, penurunan terjadi pada kelompok umur 24-45 tahun mencapai 1,3 juta orang antara 2003-2004 tahun. Seiring berjalannya waktu, kelompok petani usia dewasa harusnya digantikan oleh kelompok usia muda. Tetapi, faktanya menunjukkan penurunan terjadi di kelompok usia muda, lalu siapa yang akan meneruskan pertanian?

Naiknya harga berbagai bahan pangan dalam kenyataannya relatif tidak membawa keuntungan bagi petani. Nilai tambah dari kondisi membaiknya harga bahan pangan ternyata dinikmati oleh kaum pedagang. Penelitian Analisis Rantai Pemasaran Beras Organik dan Konvensional: Studi Kasus di Boyolali Jawa Tengah (Surono-HIVOS, 2003) menunjukkan bahwa pihak yang paling banyak mengambil keuntungan dalam rantai perdagangan beras adalah pengusaha penggilingan (huller), pedagang besar dan pedagang pengecer. Yang lebih memprihatinkan, sejak program Raskin diluncurkan pemerintah, petani adalah pihak yang paling banyak menjadi penerima tetap beras Raskin. Kondisi yang sangat miris, mereka yang menanam tapi orang lain yang menikmati hasilnnya.

Petani yang bekerja mencukupi kebutuhan pangan, dikenal sebagai masyarakat miskin dan makan Raskin…… Adil-kah??!!


Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun