Mohon tunggu...
Een Nuraeni
Een Nuraeni Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja sosial

"Orang yang tidak menulis, tidak punya sejarah"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memahami Kamu (Stres?)

12 Oktober 2020   19:28 Diperbarui: 12 Oktober 2020   19:33 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Sering kita dengar seseorang mengalami stress, depresi, bahkan sampai dikatakan sakit jiwa. Kita sendiripun pasti pernah mengalaminya. Manusia normal yang punya jiwa pasti pernah mengalami stress meskipun tingkatannya beda-beda. 

Banyak pikiran negative bisa jadi stress. Banyak beban jadi stress. Banyak hutang jadi stress. Banyak keinginan jadi stress. Banyak masalah, timbul kekecewaan menjadi stress. Kondisi ini terjadi, karena adanya jarak antara idealitas dengan realitas. Perbedaan antara harapan dengan kenyataan.

Perbedaan antara harapan dan kenyataan inilah yang biasanya menjadi penyebab utama manusia jadi stress. Belum bisa menerima kenyataan, menghadapi realitas, belum bisa legowo dengan apa yang terjadi. 

Apabila terus-terusan dipikirkan tentu akan menjadi beban berat. Beban berat ini terus bergelayut dalam pikiran kita. Beban ini menganggu aktifitas dan merenggut ketenangan sampai tidak bisa tidur, tidak enak makan, bahkan menganggu ketenganan beribadah.

Jika jiwa atau mental kita kuat dengan beban tersebut, kita akan baik-baik saja. Tapi jika beban itu terlalu berat sedangkan kekuatan mental lemah, kita akan ambruk, akan sakit secara mental, akan stress, depresi bahkan sakit jiwa.

Lalu bagaimana caranya kita menguatkan mental atau pikiran ini? Atau adakah obat yang ampuh?

Layaknya badan atau fisik kita, agar sehat dan kuat harus diberi makanan bergizi. Jika badan kita kuat, maka harusnya tidak akan mudah sakit dan tidak perlu obat.

Analoginya. Badan kita harus diberikan makanan bergizi agar bisa sehat dan kuat. Sumber makanan bergizi seperti daging, telur atau apapun itu tidak serta merta bisa dimakan. Harus ada proses pengolahan dan pemasakan di tempat yang namanya dapur, baru bisa dimakan, diserap nutrisinya dan memberi efek kesehatan bagi tubuh.

Nah, sama hal nya dengan jiwa kita yang juga harus diberikan makanan bergizi agar sehat dan kuat. Kita harus carikan sumber informasi/referensi (makanan) yang bagus, diolah oleh akal sampai menjadi pemahaman yang benar, barulah akan memberikan efek kesehatan dan kekuatan pada mental kita. 

Kuncinya ada di nutrisi atau pemahaman yang diserap dari makanan. Semakin banyak nutrsi yang bisa diserap, otomatis kita akan menjadi semakin kuat. Kuat dari penyakit yang datang menyerang dan tidak gampang sakit.

Tapi ingat ya... makanan itu harus dimasak dulu dengan benar, karena sumber nutrisi bergizi sekalipun, jika dimasak dengan salah bisa jadi berbahaya bagi tubuh. Apalagi yang tidak dimasak sama sekali. 

Oleh karena itu, penting untuk terus memberikan informasi atau mencari referensi agar akal (dapur) kita bisa tetap bekerja, mengolah lebih banyak makanan bergizi. Kalau tidak bisa masak sendiri, carilah guru/teman (koki) handal agar menyajikan informasi dan referensi itu menjadi seuatu pemahaman yang benar dan mudah dimengerti.

Pemahaman yang benar adalah pemahaman yang berdasarkan/berasal dari pencipta manusia. Karena yang paling tau soal kerusakan dan cara memperbaiki kerusakan pada apa yang diciptakan, tentu adalah penciptaNya. .

Analoginya. Laptop merk A jika bermasalah, yang paling baik adalah di service di pabrik asalnya. Atau tempat resmi yang disediakan oleh pabrik pembuatnya karena mereka yang paling mengerti spesifikasi dan system dalam produk yang mereka buat. Kalau diservice ditempat lain, bisajadi malah tambah rusak parah.

Contohnya dalam kehidupan. Ketika ditinggalkan pasangan hidupnya. Hal itu mungkin menjadi beban berat karena sudah berharap banyak pada pasangannya, berharap bisa selamanya bersama pasangannya itu, menua bersama selamanya. Namun kenyataan berkata lain.

Atau saat kehilangan uang padahal uangnya buat beli es krim, ban motor kempes padahal sudah ditunggu si dia, belum menikah padahal usia sudah sangat matang atau dikomentari negatif di sosmed misalnya. Kita tiba-tiba langsung down.

Jika kita bermental lemah, tidak memiliki pemahaman yang benar, ujian sekecil apapun bisajadi masalah besar, bisa jadi beban besar. Apalagi masalah yang benar-benar besar, ujian besar.  Diikit-dikit pasti akan stress.

Uang hilang, ikhlasin saja kan memang bukan uang kita, hanya titipan Allah. Ban motor kempes, ya tidak apa-apa tinggal ke tukang tambal ban dan berbagi rejeki dengan tukang tambal ban. 

Belum menikah, ya berdoa saja dan terus lakukan yang terbaik yang Allah suka. Dikomentari negative, dibuka aib, ya tidak apa-apa kan aib kita jauh lebih banyak daripada yang dibicarakan tapi Allah tutupi. 

Jadi, ringan. Jangan banyak tapi.... Hehe, kalau sudah dikembalikan ke Allah sudah pasti yang terbaik. Standar perbaikan paling baik pasti dari pabrikNya. Insya Allah solusi yang datangpun yang terbaik.

Semua kejadian pasti akan terasa sangat berat, jika kita tidak memiliki pemahaman untuk mengembalikan semua urusan pada Sang Pencipta. Akan sangat melelahkan jika kita tidak memiliki pemahaman yang benar tentang hakikat hidup ini. 

Bahwa ada awal pasti akan ada akhir, bahwa semua hanya titipan, bahwa semua hanya sementara, bahwa kita ini memang lemah dan tidak punya kekuatan untuk mengendalikan banyak hal terutama hal-hal yang bersifat non fisik yang tidak bisa kita lihat. Jadi, kuncinya kuatkan mental kita agar tidak stress dengan  belajar memahami lebih banyak ilmu dan standar dari Allah SWT.

Mari berikan makanan bergizi tidak hanya pada badan tapi juga jiwa/mental kita.   

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun