Mohon tunggu...
Een Nuraeni
Een Nuraeni Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja sosial

"Orang yang tidak menulis, tidak punya sejarah"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbeda Tidak Selalu Salah

9 September 2020   08:10 Diperbarui: 9 September 2020   08:48 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: kalem.id

Setiap orang punya definisinya sendiri tentang apapun itu. Definisi baik buruk menurut kita, belum tentu sama dengan orang lain. Definisi pintar menurutku, belum tentu sama dengan orang lain. Ada orang yang mendefinisikan pintar dengan IQ tinggi, ranging satu, jago ngomong, serba tahu dan berwawasan luas, tapi ada juga yang mendefinisikan pintar bagi dia adalah tentang kepiawaiannya dalam menyelesaikan setiap permasalahan dan menemukan solusi yang tepat. Itu pintar juga.

Lalu bagaimana dengan pintar mencuri? Itu pintar, tapi salah dan tidak boleh dalam agama manapun. Itu merupakan definisi pintar yang salah, yang didapatkan  di lingkungan yang salah. Seseorang mendefisikan pintar dengan keahlian mencuri karena berada diantara kalangan pencuri atau dilingkungan pencuri. Keadaan dan lingkungan terbatas mereka saja yang membenarkan.

Definisi dari pintar, cukup, bahagia, sukses, mahal, murah, cantik, ganteng, menarik, kaya, soleh, solehah dan hal lainnya pasti berbeda. Kecuali jika ada proses tukar pikiran, ada proses penyamaan persepsi, ada proses penerimaan satu sama lain, maka akan ada kemungkinan definisi yang kita pahami akan berubah, akan sama. Sepaham.

Definsi atau pemahaman ini yang akan membentuk siapa diri kita, karakter kita, apa yang penting bagi kita dan menjadi dasar bagi seseorang untuk bertindak bahkan menentukan tujuan hidupnya.

Contohnya, seseorang yang mendefinisikan hidup bahagia adalah dengan memiliki pekerjaan bagus, rumah mewah, keluarga terpandang dan bisa berlibur ke luar negeri otomatis akan menjadikan tindakan-tindakannya menuju ke sana. Dia akan belajar sangat giat, bekerja sangat keras bahkan sampai lupa waktu, menabung dan bahkan melakukan pekerjaan lain demi tujuannya.

Bebeda halnya dengan orang yang mendefinisikan hidup bahagia adalah dengan bekerja apa saja yang penting cukup, bisa beribadah dengan tenang, banyak waktu untuk keluarga, bisa tetap menikmati hobi dan yang penting baginya keluarga sehat.

Perbedaan tujuan itu wajar karena setiap orang digerakan oleh definsisi atau pemahaman yang ada dipikirannya. Oleh karenanya setiap orang itu UNIK, jadi wajar dan justru tidak wajar jika kita memaksa orang-orang harus sama dengan kita yang juga belum tentu benar. Kita memang berbeda.

Definisi kita dan lingkungan yang seringkali berbeda tapi bisa saling mempengaruhi. Karena kadang karena kateterbatasan kita, pemahaman kita saat ini bisa jadi adalah pemahaman yang masih keliru. Lantas bagaimana kita tahu kita sudah dengan pemahaman yang benar atau tidak? Jika pemahaman benar atau tidak saja bisa berbeda satu sama lain?

Disinilah agama hadir sebagai dasar, sebagai acuan, sebagai sumber dari semua hukum, jawaban dari semua pertanyaan. Maka semua kembali ke keyakinan masing-masing. Apakah di agama atau keyakinan kita hal tersebut dibenarkan atau tidak, apakah hal itu dilarang atau tidak.

Kita dituntut untuk bisa menemukan definisi terbaik tentang apapun itu agar tidak mudah dipengaruhi dan diubah oleh lingkungan. Agar tujuan kita jelas kemana arahnya dan agar tindakan kita sejalan dengannya.

Maka penting bagi kita untuk berteman dengan orang-orang baik nan positif. Orang-orang yang bisa meluruskan definisi kita yang mungkin masih keliru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun