Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Setelah WNI Pulang dari Suriah, Lalu Apa?

4 Juli 2017   15:28 Diperbarui: 5 Juli 2017   19:27 1220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebanyak 17 WNI ingin pulang ke Indonsia. Mereka sakit-sakitan (Foto: Kaba12.co.id)

Kecurigaan pada saudara-saudara kita yang akan pulang dari Suriah masih cukup besar. Mereka diduga kuat akan membuat teror. Dugaan itu memang logis, lantaran di antara mereka ini memiliki keahlian khusus: merakit dan menggunakan bom (bunuh diri).

Dan berpengalaman pada peristiwa pengeboman beberapa tahun silam pelakunya memiliki keahlian seperti itu. Mereka adalah alumni yang terlibat dalam perang di Afganistan dan beberapa negara lainnya.

Baru-baru ini Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) menyebut setengah juta warga Suriah kembali ke rumah mereka sepanjang tahun ini, termasuk 440.000 pengungsi dalam negeri dan lebih dari 31.000 orang kembali dari negara tetangga. Mereka kembali ke Aleppo, Hama, Homs dan Damaskus.

Sementara itu para warga negara Indonesia atau WNI yang terlibat dalam pertempuran di Suriah dalam waktu dekat akan pulang seiring beberapa basis ISIS sudah direbut. Maka jelas, ini artinya sinyal ancaman.

Pemerintah tak bisa lagi menutup mata, terlebih bebarapa pekan terakhir ini aksi teror sudah bergeser dari objek vital asing, seperti kantor kedutaan besar dan simbol negara Barat, kini langsung diarahkan ke Markas Besar Polisi dan personel polisi itu sendiri.

Siapa yang bisa menduga, di masjid yang harusnya steril dari perbuatan buruk justru dikotori oleh pelaku teror yang melukai anggota polisi dengan senjata tajam. Sebelumnya, teror di markas polisi Medan dan Kampung Melayu Jakarta.

Untuk itu, sekali lagi, seluruh pemangku kepentingan harus saling merapatkan barisan. Soal keamanan kini tak lagi dapat diserahkan kepada personel polisi, masyarakat, organisasi massa dan politisi sekalipun tak lagi bisa lepas tangan. Semua harus saling bahu membahu.

Seluruh pihak bersama aparat kepolisian dan TNI kini penting mengeratkan barisan dan sikap dalam memerangi terorisme yang sudah mengancam keamanan dan ketertiban di tengah-tengah masyarakat. Tentu, peranan masyarakat -- termasuk di dalamnya tokoh masyarakat dan agama - sangat penting dalam mengantisipasi aksi terorisme. Sekecil apapun jika ada hal-hal yang mencurigakan sebaiknya segera laporkan kepada aparat, sehingga dengan cepat dilakukan tindakan.

Syukur, dari jajaran kepolisian sudah terdengar upaya memperkuat personelnya. Misalnya dari daerah pedalaman Kalimatan Barat (Kalbar). Kapolres Kapuas Hulu, AKBP Imam Riyadi, memerintahkan seluruh anggotanya meningkatkan latihan bela diri dan latihan menembak untuk meningkatkan kemampuan Polri dalam mengantisipasi aksi teroris. Selaon meningkatkan kemampuan anggota Polri, juga perlu dilakukan peningkatan patroli di sejumlah objek vital. Pengamanan untuk objek vital juga dilakukan minimal dua personil.

Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mengakui telah meminta anggota Polri menjalankan 'buddy system' untuk menjaga keamanan. Buddy system merupakan prosedur keamanan yang mengharuskan minimal dua orang anggota saling menjaga dalam suatu kegiatan.

Semua anggota selalu siap siaga dan waspada dalam menjalankan tugas. Tidak boleh menganggap enteng segala kemungkinan yang bisa membahayakan anggota Polri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun