Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Aksi Benci kepada Pemerintah Akibat Prasangka dan Berita Palsu

14 Oktober 2020   11:16 Diperbarui: 14 Oktober 2020   11:23 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suhu Parni Hadi Foto | Dokpri

Parni Hadi, atau akrab dipanggil suhu, memberi petuah kepada para muridnya. Dari bilik pertapaannya di kawasan pemukiman nan asri Ragunan, Jakarta, ia juga tidak bosan  menyampaikan nasihat kepada penulis tentang pentingnya memahami arti prasangka.

Begini. Ia mengajari para muridnya untuk tahu niat baik dan buruk yang bersembunyi dalam diri seseorang. Yaitu, perlu komunikasi, yang kini secara tatap muka terkendala gegara Corona. Tapi, tersedia banyak cara, termasuk seperti ini, lewat media sosial.

Apapun teruslah saling berwasiat, beri nasehat demi kebenaran dengan penuh kesabaran, berpedoman firman Tuhan.

Kalau yang buruk masih juga terjadi, tetaplah berprasangka baik kepada rencana Tuhan. Ingat di balik kesulitan dan kesusahan ada kemudahan dan kebahagiaan. Itu janji Tuhan, Allah, Sang Maha Pengasih.

**

Pada awal pekan ini media massa ramai memberitakan aksi unjuk rasa penolakan UU Omnibus Law Cipta Karja. Baru sehari UU tersebut disahkan anggota dewan, buruh, mahasiswa dan para pemuda menyambutnya dengan gegap gempita berupa aksi unjuk rasa (demonstrasi).

Peserta aksi unjuk rasa ini demikian cepatnya muncul ke permukaan. Padahal para petinggi organisasi buruh belum tahu persis apa kandungan dari UU Omnibus Law Cipta Kerja itu. Pokoknya, unjuk rasa harus digelar sebagai bentuk penolakan.

Sepertinya, sudah direncanakan. Persiapan sudah matang.

Penolakan terhadap UU tersebut, bila kita berani berkata jujur, tak lepas dari kebencian kepada pemerintah. Di antaranya masih adanya orang yang sakit hati lantaran kalah dalam Pilpres, lama berdiam diri berada di rumah lantaran pandemi Covid-19, juga meningkatnya orang miskin baru lantaran pemutusan hubungan kerja.

Nah, semua itu menyatu. Kegondokan orang-orang itu lalu menggumpal. Menyatu. Kemudian, seperti air di bendungan, terdapat celah bocor. Air muncrat, lalu meledak dalam bentuk unjuk rasa. Unjuk rasa penolakan UU Omnibus Law Cipta Kerja itu terasa makin menguat dengan kemunculan berita palsu lewat gawai. Pesan berantai. Media sosial ikut meramaikan.

Pokoknya, seru!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun