Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Stereotip Negatif, SARA, dan Upaya Mengatasinya

5 Juni 2020   11:44 Diperbarui: 7 Juni 2020   02:18 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesan perdamaian di Monumen Taman Tionghoa, TMII. Foto | Dokpri

Sayang, pengemudi di kendaraan di depan penulis mengerem mendadak. Penyebebnya tak diketahui sopir di depan mengerem mendadak. Penulis juga mengerem mendadak. Di belakang ada motor, menabrak sepion mobil penulis hingga hancur. Lantas, apa yang terjadi?

Pengendara motor minta ganti rugi karena kakinya terkilir. Ia mengancam, jika tak segera memberi uang, maka ia akan mengerahkan anak muda puluhan orang ke lokasi kejadian. Ketika mengeluarkan ancaman itu, ia menyebut diri penulis China tak tahu adat.

Sungguh, setelah diberi uang yang dianggap cukup untuk ia berobat ke tukang urut, ia pun menaiki motornya kembali dengan berjalan normal. Tidak seperti awalnya ia pura-pura pincang.

Ketika menyerahkan uang, penulis sedikit mengucapkan kalimat kepadanya bahwa uang ini awalnya untuk sedekah ke pondok pesantren. Untuk anak yatim. Dan, ia pun nampak terkejut.

Belakangan penulis tahu, bahwa anak muda yang menabrak penulis adalah salah satu pimpinan organisasi pemuda Melayu di kota itu. Ketika berlangsung pertemuan pemuda Melayu se-kota Pontianak, penulis menjumpainya. Ia pun nampak malu.

**

Ini cerita lain di Kalimantan Barat. Ini juga menyangkut SARA.

Seusai melakukan peliputan di daerah pedalaman, dalam perjalanan, penulis selalu diikuti beberapa orang mengendarai dua mobil Kijang. Kuat dugaan penulis mereka itu adalah orang-orang dari kalangan etnis Madura.

Maklum, ketika di kawasan Salatiga -- dekat wilayah kota Mandor -- penulis banyak bicara dengan para tokoh etnis Dayak. Penulis saat itu tengah menggali informasi sebanyak mungkin dari para tokoh adat Dayak prihal kerusuhan yang tengah berkecamuk di kawasan itu. Sejumlah rumah habis, hangus lantaran dibakar kelompok pihak yang bertikai.

Nah, untuk memastikan mereka adalah dari kalangan etnis Madura, penulis singgah di salah satu masjid di kawasan Desa Nusapati, tak jauh dari persipampangan Sei Pinyuh. Selain untuk mengambil istirahat, juga shalat Ashar.

Dugaan penulis tak meleset. Beberapa orang turun dari mobil lalu menghubungi beberapa warga setempat yang memang kebetulan tokoh Madura bermukim di kawasan itu. Dan, seusai shalat Asyar, penulis tak cepat meninggalkan masjid. Namun berziarah ke makam ulama setempat. Ya, tentu membaca surat Yasin dengan sedikit suara dikeraskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun