Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Istri Tak Boleh Takut Hadapi Suami

2 Juni 2020   09:50 Diperbarui: 2 Juni 2020   09:41 1011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, isteri yang kuat. Foto | indonesiya.com

Ibu Siti tergolong manusia cerewet. Baik kala di rumah menghadapi putera-puterinya maupun di luar, lingkungan masyarakat sekitar, karena ia paling peduli dengan orang miskin. Terlebih saat pandemi Covid-19, ibu beranak dua itu sering tampil di hadapan publik memberi nasihat.

Sayangnya, kepandaian, kepedulian dan keberaniannya menghadapi publik seolah sirna katika sang suami hadir. Mungkin, banyak orang menduga, sang suami tak mau kehilangan wibawa di hadapan orang banyak.

Tapi, orang sekitar lingkungan Siti berdomisili, menyebut sang suami otoriter. Pendapatnya tak mau dibantah. Warga sekitar menyebut suami Situ, Jarot -- bukan nama sebenarnya -- otoriter disebabkan ia punya pendidikan dari sisi akademis lebih bagus dan keras kepala.

Karenanya, Siti ketika menghadapi Jarot bagai cacing terkena taburan garam. Mengkeret. Tak bisa berkata banyak, apa lagi berbuat untuk mengingatkan sang suami kala melakukan kesalahan, seperti lupa membawa kaca mata.

"Apa lagi ketika diingatkan untuk ibadah, seperti shalat. Wah, bisa marah meski ia rajin datang ke masjid melaksanakan shalat Magrib dan Subuh," kata Siti suatu saat mengeluhkan tentang dirinya seperti selalu "tertekan" ketika berada di rumah.

Padahal, Siti dan Jarot sudah lebih dari 10 tahun menjalani kehidupan rumah tangga. Namun, seperti diungkap Siti, semua itu dijalani seperti di atas bara api. Wah, seperti neraka kali ya?

Sejatinya, Siti dan Jarot harus dapat hidup berbahagia. Sebab, dari sisi kekayaan dan pendidikan sangat memadai. Siti memamng hanya punya pendidikan sampai strata satu, berbeda dengan suaminya yang bergelar doktor, Tapi, dari sisi penampilan di publik, Siti lebih baik. Retorikanya ketika tampil di hadapan para ibu pengajian lebih bagus. Runtun tutur katanya.

Berbeda dengan Jarot. Kalau mau tampil di hadapan pengurus RT atau RW, ia terlihat repot. Membuat persiapan seperti membuka literatur terkait manajemen dan seterusnya. Ya, seperti orang sibuk tengah mempersiapkan sebuah makalah. Padahal organisasi RT atau RW tidak memerlukan teori bermuluk-muluk. Tapi, itulah Jarot yang keras kepala dan otoriter.

**

Benar, suami itu di dalam sebuah kehidupan rumah tangga adalah sebagai imam. Pemimpin. Karenanya ia punya kewajiban memeberi pendidikan kepada isteri dan anak-anakanya. Suami harus menjadi contoh dan teladan bagi anak, termasuk masyarakat sekitar.

Realitasnya, tak sedikit suami kurang ajar. Selingkuh. Berhianat. Kikir bin pelit. Lerbih celaka, sok pintar, otoriter dan keras kepala. Rakus bagai kapal keruk. Padahal, kepandaian, termasuk kekayaan yang dimiliki adalah titipan semata. Semua itu milik Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun