Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Video Mantan Dirjen Bimas Hindu Ingatkan Jimat Penulis

28 Mei 2020   10:58 Diperbarui: 28 Mei 2020   10:49 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mantan Dirjen Bimas Hindu, Prof. Triguna. Foto | Kemenag.go.id

Kamis pagi, penulis mendapat kiriman video dari mantan Dirjen Bimas Hindu, Triguna, berisi ceramahnya mengenai pentingnya seorang anak yang harus terus menerus menderma-baktikan kehidupan kepada orangtuanya.

Sungguh, dalam suasana Lebaran yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, video seorang sahabat ini mengingatkan penulis yang tengah kesulitan menemukan jimatnya berceceran di berbagai kota. Maklum, dewasa ini, bepergian ke berbagai tempat  harus berfikir ulang.


Mengapa? Ya, lantaran meski ada kelonggaran berupa new normal dari berlakunya pembatasan sosial bersekala besar (PSBB) sebagai dampak Covid-19, tidak berarti kita mudah untuk bepergian ke berbagai tempat. Terutama keluar dari Jakarta menuju kota-kota di luar Jawa, misalnya.

Nah, terkait dengan video yang dikirim sahabat penulis itu, penulis merasa diingatkan akan jimat-jimat milik penulis yang berada di berbagai kota. Saat lebaran 1441 H ini, sungguh penulis merasa bersalah. Satu sisi ingin mendapati, tetapi pada sisi lain menghadapi kesulitan. Ya, tadi, karena pandemi corona yang menjadi ancaman bagi kehidupan umat manusia.

Kala hari pertama Lebaran berlangsung, penulis merasa bersyukur jimat-jimat yang menjadi kesayangan dapat dijumpai. Karena itu penulis pun tak kuasa untuk mengatakan, ampun pemerintah yang membendung keluar dan masuknya warga mudik seenaknya di tengah pandemi corona. Sebab, dasar alasannya kuat. Sekarang tengah berlangsung darurat kesehatan.

Itulah sebabnya, video kiriman melalui WhatsApp (WA) dari seorang sahabat itu membuat penulis bersedih karena hingga hari keempat Lebaran ini belum juga mendapati jimat-jimatnya di luar kota. Ini erat kaitannya dengan mobiliasasi warga yang dibatasi lantaran Covid-19 itu.

“Sudah, jangan pikirkan jimat-jimat itu?” pinta isteri penulis.

Isteri penulis menyebut, percaya dengan jimat-jimat adalah perbuatan syirik. Penulis maklum. Sebab, jika kita buka Kamus Bahasa Indonesia, syirik (syi·rik) dimaknai sebagai penyekutuan Allah dengan yang lain, misalnya pengakuan kemampuan ilmu daripada kemampuan dan kekuatan Allah, pengabdian selain kepada Allah Taala dengan menyembah patung, tempat keramat, dan kuburan, dan kepercayaan terhadap keampuhan peninggalan nenek moyang yang diyakini akan menentukan dan mempengaruhi jalan kehidupan.

Dalam ajaran Islam, mensyirikkan/men·syi·rik·kan/ berarti menduakan Allah (menganggap Allah lebih dari satu dengan menyembah tempat keramat dan sebagainya); menyekutukan Allah.

Ketika penulis bertandang ke kediaman orangtua, penulis merasa sedih. Sebab, orangtua lelaki telah wafat. Beruntung, ibu kandung masih ada. Tapi, bukan berarti ibu biologis saja yang dikunjungi. Ibu tiri dan mertua pun dapat perlakukan yang sama. Dikunjungi dan dimuliakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun