Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nasionalisme dalam Darah Agnez Mo

1 Desember 2019   06:37 Diperbarui: 1 Desember 2019   08:32 1750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agnez Mo. Foto | today.online

Di sisi lain, kita pun tak bisa lagi menutup-nutupi seperti pada era Orde Baru bahwa realitasnya tidak sedikit tokoh muslim di Tanah Air berasal dari etnis Cina. Terutama dalam penyebaran agama Islam di Nusantara. Sayangnya, hanya karena bermata sipit tetap saja diperlakukan diskriminatif.

Nah, dari sini kita pun diajak memahami sejarah bahwa warga Indonesia sebagian termasuk ras mongoloid. Realitasnya gito lo.

Penulis pernah bercakap-cakap dengan tokoh Cina. Ia adalah Brigjen TNI (Purnawirawan) Teddy Jusuf (72).

Tedy Jusuf (nama lahir Him Tek Ji) adalah seorang purnawirawan Brigadir Jenderal Tentara Nasional Indonesia. Dia pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia tahun 1995-1999 dari Fraksi ABRI saat itu.

Tedy Jusuf merupakan salah satu tokoh pendiri yang ikut mendeklarasikan berdirinya Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia pada 28 September 1998 dan menjabat sebagai Ketua Umum untuk periode 1998-2000.

Teddy juga pendiri sekaligus Ketua Yayasan Taman Budaya Tionghoa, kawasan TMII Jakarta.  Menariknya, ia menyebut sejatinya orang Indonesia itu kebanyakan keturunan Cina. Bukan hanya Gus Dur, Pak Harto pun keturunan Cina.

Dasarnya, orang Indonesia bisa diketahui berdarah Cina kala ia lahir dari ciri pahanya berwarna kemerah-merahan. Sedangkan jika sudah tua, terlihat pada pipinya. Namun bentuk persis warnanya, ia tak menjelaskan.

**

Masih segar ingatan kita bahwa belakangan ini publik ramai mendiskusikan penyanyi Agnez Mo, panggilan Agnes Monica.  Penyanyi cantik ini kala hadir di sebuah acara musik di New York, Amerika Serikat, menyebut bahwa dirinya bukanlah berdarah Indonesia. Di dalam tubuhnya mengalir darah Cina dan seterusnya.

Lalu, banyak orang membicarakan Agnez Mo dari sudut nasionalisme.

Nah,  Nasionalisme ala Saya untuk dewasa ini, tak lagi harus dimaknai dengan berjuang mengangkat senjata seperti tempo doeloe. Bukan membawa bambu runcing. Apa lagi ketapel untuk tauran di jalan ramai. Nasionalisme adalah berjuang memerangi kebodohan dan kemiskinan. Menumbuhkan saling berbagi antarsesama dalam semangat toleransi sesungguhnya bagian dari nasionalisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun