Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nasionalisme dalam Darah Agnez Mo

1 Desember 2019   06:37 Diperbarui: 1 Desember 2019   08:32 1750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agnez Mo. Foto | today.online

Berdebat tentang berdarah atau bukan berdarah Indonesia tak akan berujung. Sampai kini tak dijumpai jawaban ciri khas darah Indonesia. Apa warna dan bentuknya bagaimana.

Namun jika kita bicara nasionalisme dengan mengaitkan darah seseorang, maka perdebatannya pun makin terasa seru.

Kenapa? Ya, sebab, soal asal-usul manusia Indonesia ini sudah lama disinggung. Dulu, ketika penulis masih sekolah dasar, guru di depan kelas memberi penjelasan bahwa untuk menjadi Presiden Indonesia haruslah orang Indonesia asli.

Sang guru menjelaskan bahwa kata asli ini ada dalam konstitusi kita. Entahlah, apakah ini mau dipertahankan terus? Atau konstitusi yang sudah diamandemen itu akan diubah lagi dalam waktu dekat.

Faktanya, memang, mencari ciri bentuk Indonesia asli tak kunjung didapat. Apa lagi jika kita mau menentukan kriterianya.

Tentu, di kalangan orang tua masih ingat bahwa ketika masih sekolah, para guru mengatakan bahwa orang Indonesia yang dimaksud asli itu adalah etnis Jawa. Lalu, ditanya lagi, etnis Jawa dari provinsi mana? Lantas, bagaimana dengen etnis Bali yang dalam sejarah pindah ke Pulau Dewata lantaran Kerajaan Majapahit runtuh?

Wah, pokoknya jadi panjang kalau mau diperdebatkan. Tapi, juga ketika masih sekolah, bila dalam soal ulangan ada pertanyaan menyangkut hal ini dan dijawab tidak ditambahkan kata asli Indonesia, maka jawaban itu dianggap salah. Nah, daripada disalahkan, ya jawabnya ikut saja apa yang dikatakan guru di dalam kelas.

Barulah ketika Dr. K. H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus menjadi Presiden Indonesia yang keempat, terang-terangan ia menyatakan dirinya berdarah Cina. Ia masih mengaku keturunan Tionghoa. Lalu, banyak orang terkejut dan bertanya, ternyata tokoh muslim ini bukan berdarah Indonesia asli.

**

Sesungguhnya, berdarah asli Indonesia atau tidak, nasionalisme itu harus terpelihara. Memelihara dan meningkatkan pemahaman terhadap nasionalisme tidaklah mudah. Coba simak, hingga kini masih terdengar anak sekolah tak mau memberi hormat kepada bendera merah putih dengan alasan berlawanan dengan keyakinan yang dianutnya.

Wuih, menyakitkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun