Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

RUU Kerukunan bagai "Ditelan Bumi?"

24 Agustus 2019   11:31 Diperbarui: 24 Agustus 2019   15:43 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
RUU Kerukunan /sumber: ecuavisa.com

Di sini, peran seniman (dalang, misalnya) tengah mengambil posisi sebagai komunikator handal dalam menyampaikan pesan moral dan etika kepada umat. Ia selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya mengingat perubahan lingkungan sekitar demikian cepat.

Realitasnya memang Indonesia sangat khas. Sangat kaya dengan berbagai ragam budaya. Indonesia juga sangat agamis. Antara nilai agama dan budaya tidak bisa dipisahkan dalam konteks Indonesia.

Sayangnya, belakangan budaya dan agama seperti dibenturkan. Perbedaan antaretnis mulai disinggung. Bahkan simbol agama diangkat yang berdampak pada ketersinggungan antarumat.

Padahal sebelumnya tidak pernah terjadi. Kita sejatinya harus sadar bahwa budaya mengandung nilai spiritualitas dan agama yang membutuhkan budaya sebagai ruang aktualisasi. Sungguh sayang, jika tiba-tiba seperti berhadapan antara satu dengan yang lain.  

**

Menghadapi realias seperti itu, sudah saatnya Indonesia sebagai negara besar memiliki regulasi yang mengatur kerukunan (antarumat beragama).

Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Kerukunan (antarumat beragama) belum juga dibicarakan di legislatif. Padahal RUU-nya sudah dibicarakan sejak 2014 silam.

UU tersebut sangat diperlukan. Sebab, kedudukannya akan menjadi pilar kesatuan bangsa bagi negara demokratis yang harus menghormati kemajemukan (pluralitas). 

Terpenting, UU Kerukunan dapat menjembatani antarpemeluk agama, antaretnis dan perbedaan yang terjadi kala isunya tengah mengemuka.  Pertanyaannya kini, mengapa RUU Kerukunan Bagai "Ditelan Bumi" ? Bukankah KitaSemuaBersaudara?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun