Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Wan Abud Ingin Beken di Betawi

24 April 2019   14:34 Diperbarui: 24 April 2019   14:46 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, Wan Abud diperankan Andre Taulany kala tampil di NET.TV. Foto: You Tube NET TV

"Gue nggak suka sama Wan Abud. Mentang-mentang ketua erte, urusan sampah aje warga dimintain duit," kata Empok Siti, satu dari beberapa warga yang merasa kecewa lantaran dimintai iuran kebersihan.

Sebelum Wan Abud jadi ketua erte baru,  soal  iuran kebersihan tidak pernah dibebankan kepada warga. Ketua erte lama sangat bijak. Kalau pun ada yang membayar, itu langsung dibayar kepada tukang sampah atas dasar seikhlasnya. Besar kecilnya bayaran tiap warga tergantung pada kemampuan ekonomi seseorang.

Lah, sekarang, setelah Wan Abud menjadi ketua erte, ia membuat kebijakan baru. Untuk rumah rada keren bertingkat dikenai biaya kebersihan lebih besar. Jika rumah tak bertingkat tapi punya mobil, dikenai tarif kebersihan kelas menengah. Kalau rumah kontrakan, juga dikenai biaya kebersihan.

Angkanya bervariasi, mulai Rp40 ribu untuk rumah gedongan betingkat, Rp30 rumah gedung punya mobil, Rp20 rumah biasa dan Rp10 untuk rumah kontrakan dan kos-kosan. Untuk besar kecilnya iuran itu, kriterianya dari tampilan rumah.

"Pokoknya, semua warga yang bermukim di sini, pengontrak kek, rumah kos kek, dimintain duit kebersihan. Keterlaluan erte ini," kata Empok Siti dengan suara keras dan didengar para tetangganya.

Empok Siti memang tinggal di rumah berdempetan di gang, di kawasan pinggir Betawi. Rumahnya sudah menyerupai petak panjang. Satu petak rumah berukuran masing-masing 65 meter persegi. Di situ ada enam rumah berderet dengan di depannya berupa jalan dengan lebar satu meter. Di hadapan rumah Empok Siti berderet rumah kontrakan memanjang.

Lantaran suara Empok Siti demikian nyaring, para tetangganya keluar rumah. Di luar rumah orang berkumpul. Lalu mereka merapat ke rumah Empok Siti. Nggak biasanya kok Siti berceloteh nyaring. Dikira, ia tengah berkelahi dengan suaminya.  Ternyata ia tengah seorang diri, ngoceh pula.

"Ade ape empok?" tanya Indun, seorang tetangga yang paling dekat dengannya.

"Nggak. Gue lagi melepasin kesel aje. Ini gara-gara Wan Abud," Siti menyahut sambil meredakan diri yang tengah emosi.

**

Wan Abud setelah jadi ketua erte memang beda dengan penampilan sebelumnya. Warga setempat menjulukinya sebagai Wan petantang-petenteng. Banyak bacot,  sok ngatur tapi nggak tahu apa yang harus diatur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun