Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dilan dan Nilai Budaya Kerja sebagai Solusi Benahi Kemenag

3 April 2019   07:28 Diperbarui: 3 April 2019   07:29 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lima Budaya Kerja Kemenag. Foto | Kanwil Kemenag Bengkulu

Ucapan Gus Dur bahwa Kementerian Agama (Kemenag) adalah "pasar", tempat orang ramai kasak-kusuk cari proyek dan berkumpulnya para koruptor, sejatinya tidak tepat sepenuhnya.

Kalau saja kementerian itu dibubarkan dengan alasan itu, maka tentu tidak sejalan dengan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Wahid Hasyim, salah satu perumus Piagam Jakarta yang kemudian menjadi Menteri Agama.

Kala cucunya, Gus Dur, sapaan akrab Abdurrahman Wahid, menjabat sebagai Presiden RI, pernah berucap bahwa kementerian itu bagai pasar. Kalau saja kemudian Dilan tak hadir di kementerian ini, boleh jadi suasana pasar yang dimaksud akan berbuah bau busuk dan menyelimuti institusi penjaga moral bangsa ini.

Mengapa?

Justru dengan kehadiran Dilain, -- sebutan lain dari Digital Layanan yang dipopulerkan oleh Presiden RI Joko Widodo pada debat keempat Pilpres 2019, -- telah berhasil memangkas panjangnya mata rantai birokrasi di kementerian ini.

Ini terlepas dari kasus aktual praktik jual beli jabatan yang melibatkan orang partai yang berambisi menjadikan Kemenag sebagai rumah besarnya.

Korupsi di Kemenag selalu saja melibatkan orang partai, meski tidak seluruhnya. Ambil contoh, kasus Alquran, buku-buku keagamaan Buddha, uang tuhan di Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag.

Hadirnya Dilan memang membawa perubahan di institusi ini. Jika saja Dilan yang banyak dirindukan kalangan milenial itu tak kunjung tiba, bisa jadi penataan dan perbaikan penyelenggaraan ibadah haji sampai kini masih amburadul.

Juga Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) tak bakal diperbaiki. Dulu, untuk mengoperasikan Siskohat, pihak Kemenag sangat tergantung orang luar. Hanya hanya segelintir ASN yang paham, dan itu pun tak transparan. Wuih, jual beli porsi haji kala itu aromanya sangat kuat. Kini sistem tersebut telah diperbaiki yang dikenal e-hajj. Sistem ini juga terintegrasi dengan kantor imigrasi Arab Saudi terkait pengeluaran visa haji.

Dengan Dilan, sistem kerja terbangun. Tangan kotor dihindari. Contoh, misalnya layanan e-Mpa yaitu electronic Monitoring Pelaksanaan Anggaran yang kemudian dikembangkan lagi menjadi e-Data, e-Planing, e-Audit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun