Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Terlalu Prematur Pilpres 2019 Disebut Berakhir, Tapi Pemenangnya Sudah Nampak

11 Maret 2019   11:44 Diperbarui: 12 Maret 2019   11:39 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joko Widodo. Foto | Jurnal Balikpapan

 

Ada seorang pebisnis mengeluh kepada sesamanya tentang Pilpres 2019 yang belakangan ini pertarungannya terasa makin"keras".  Ia menyaksikan diskusi di layar televisi terasa seru dan kasar, emosional dan menghilangkan kewarasan. Jelas saja diskusi semacam itu tak bakal mampu membawa publik makin cerdas, tetapi sebaliknya menjadi tontonan lelucon karena argumentasinya lebih mengedepankan emosional ketimbang pada pencerahan.

Pokoknya, emosional dan memberi dukungan kepada pasangan calon atau Paslon lebih kuat.  Pasangan yang didukung pokoknya paling hebat. Namanya saja tengah emosional,  tentu tutur kata pun cenderung memburukan pihak lawan. 

Kebanyakan mengungkap kekurangan dengan nada nyinyir, ujarnya sambil beranjak meninggalkan layar televisi yang menyuguhkan perdebatan antarpendukung Paslon 01, Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin  dan Paslon 02 Prabowo Subianto -- Sandiaga S Uno.

Namanya saja tahun politik. Didapati, ada pendukung salah satu Paslon tak memiliki data tentang siapa sih calon yang akan dipilihnya. Baik secara historis, karakter dan dari sisi perjalanan yang bersangkutan. Meminjam istilah orang Betawi, memilih itu jangan seperti membeli kucing dalam karung. Artinya, harus tahu apa isinya sehingga ke depan terhindar dari keburukan, kerugian dan penyesalan.

Lantaran saking kesalnya menyaksikan perdebatan para pendukung paslon Pilpres 2019 itu, ia berucap, sebaiknya model kampanye seperti sekarang ini diperpendek. Alasannya, dada terasa sesak bila menyaksikan ucapan para pendukung. Utamanya, kala ucapan calon presidennya terasa dipojokan lalu pendukung membela mati-matian. Argumentasi yang ditangkap kemudian jadi menimbulkan kesan 'belepotan' karena tak sesuai realitas.

Bagi sekelompok orang atau kalangan tertentu  hadirnya"iklim" berita politik yang belakangan ini membombardir media sosial dan mainstream ditanggapi dengan santai. Tidak uring-uringan atau membuat diri pusing. Hal itu dianggap wajar dan memang akan reda dengan sendirinya, sesuai agenda dari Pilpres itu sendiri.

Namun bagi kalangan yang tidak suka 'mengunyah' berita politik, dirinya merasa terperangkap. Sulit melepaskan diri dari kungkungan karena dalam keseharian -- baik di lingkungan kerja dan di kediaman -- selalu saja mereka melakukan pembahasan pada pokok berita politik.

**

Ada kabar gembira, terutama bagi kalangan yang kini mengalami kejenuhan dengan berita politik. Yaitu, datangnya pernyataan dari lembaga Survey dan Polling Indonesia (SPIN). Disebutkan bahwa Pilpres 2019 sudah usai, karena jika dilihat dari hasil survei menunjukan Joko Widodo, petahana, unggul atas lawannya Prabowo -- Sandi.

Memang pernyataan itu terasa mengagetkan karena masih dapat dipandang terlalu prematur. Tapi, jika melihat tempo ke depan tidak lebih dari sebulan lagi hari pencoblosan (17 April 2019) maka mustahil angka yang didapat Jokowi bisa bergeser melorot dengan mudah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun