Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Rela Berdesak-desakan di Imigrasi Sadao, Thailand

17 Desember 2018   05:42 Diperbarui: 17 Desember 2018   05:53 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berdesak-desakan dalam antrean mengular di imigrasi Thailand. Musim liburan terjadi ledakan kunjungan ke negeri gajah putih. Foto | Dokpri

Jika saja fisik lemah, bisa jadi orang lanjut usia bakal jatuh dan tak akan terlayani dalam proses imigrasi masuk ke negeri jiran Thailand.

Antrean di kantor imigrasi Sadao belakangan ini makin mencemaskan lantaran pengunjung demikian membludak untuk mengisi liburan di Hatyai, wilayah perbatasan antara Malaysia dan Thailand.

Sudah antre demikian panjang di pintu imigrasi Bukit Kayu Hitam, Malaysia, - hampir dua jam duduk di mobil bus, - para pelancong dari berbagai negara:  Cina, India, dan beberapa negara lainnya termasuk Indonesia, harus meningkatkan kemampuan bersabar untuk memohon dimudahkan dilayani masuk ke Thailand.

Kami istirahat setelah tiba di terminal bus terdekat. Foto | Dokpri
Kami istirahat setelah tiba di terminal bus terdekat. Foto | Dokpri
Menyaksikan pemandangan seperti itu, penulis merasa bangga bahwa pihak imigrasi setempat tetap tenang memberikan pelayanan dengan sesekali mengajak dialog pihak pemohon sambil sesekali melepas humor.

Secara fisik, dua kantor imigrasi Malaysia dan Thailand itu cukup bagus. Kantor Imigrasi Malaysia tengah diperluas dengan bangunan bertingkat. Sementara di sebelahnya, yang saya kira jaraknya sekitar 500 meter, cukup luas tempatnya. Tapi, antrean orang berbaris ternyata lebih banyak dan hanya dilayani sekitar 10 petugas imigrasi.

Hanya saja, fasilias di kedua negara bertetangga ini tidak didukung toilet yang bersih. Petugas tak ada yang berjaga.

Usai lihat pasar terapung. Foto | Dokpri
Usai lihat pasar terapung. Foto | Dokpri
Perjalanan dari Kuala Lumpur dengan bus ke pintu perbatasan ini memakan waktu sekitar 6 jam. Bus berjalan dengan kecepatan rata-rata 80 - 100 km di ruas tol. Selama perjalanan, hujan lebat tapi tak menghambat. Banyak rest area dibangun di sepanjang tol sehingga memudahkan bagi pelancong menikmati kuliner khas Thaland.

Tapi, bagi umat Muslim, ya waspada. Ini bukan karena ada serangan fajar seperti pagi hari hendak mencoblos calon presiden dan wakilnya, tetapi meningkatkan agar tidak memakan makanan halal seperti bedua alias daging babi.

Usai paspor diberi cap pihak petugas imigrasi Sadao, kami, sekeluarga meluncur ke Hatay.  Pejalanan ke wilayah ini memakan waktu sekitar satu jam.

Sekali lagi, Hatyai sendiri merupakan nama kota di  provinsi Songhkla dekat perbatasan Malaysia. Hatyai lebih dikenal dibanding ibukotanya sendiri yaitu Songhkla.

Foto di halaman pemotretan. foto | Dokpri
Foto di halaman pemotretan. foto | Dokpri
Sepanjang perjalanan terlihat rumah ibadah umat Buddha. Di setiap jalan terdapat foto Raja Thailand. Masyarakat disini sangat menghormati Raja.

Setelah turun di Stasiun Hatay, kami disambut sopir Tuktuk. Penulis kaget, Tuktuk di sini berbeda dengan Tuktuk di Bangkok yang pernah penulis jumpai beberapa tahun silam. Dulu, Tuktuk beroda tiga. Dan, larinya cukup kencang.

Di kota itu, tuktuk adalah moda angkutan pedesaan seperti angkot beroda empat. Meski begitu, sopirnya ramah.  Saya menginap di Hotel Pacific, di tengah kota. Di sini banyak tersebar rumah makan halal.

Untuk memenuhi rasa ingin tahu anggota keluarga tentang objek wisata di kota ini, kami melancong ke pasar terapung yang banyak dikunjungi pelancong dari berbagai negara. Di sini, tersedia berbagai makanan khas Thailand sambil menikmati lagu pop dan dangdut Thailand di bawah hujan gerimis.

Sebagian pemandangan pasar terapung. Foto | Dokpri
Sebagian pemandangan pasar terapung. Foto | Dokpri
Para pedagang di sini tak banyak bisa menggunakan Bahasa Inggeris. Untuk Bahasa Melayu, ya sedikit-sedikit. Karenanya, banyak di antara pedagang menggunakan bahasa isyarat dan menggunakan kalkulator. Setelah pesananan makanan diracik, mereka menyodorkan makanan dengan dibantu pelayannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun